Ahad 18 Feb 2018 07:39 WIB

Mesir Tahan Mantan Calon Presiden Aboul Fatouh

Ia diduga memiliki hubungan dengan organisasi Ikhwanul Muslimin

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Esthi Maharani
Bendera Mesir
Bendera Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kepolisian Mesih menahan mantan calon presiden Abdul Moneim Aboul Fotouh atas dugaan memiliki hubungan dengan organisasi Ikhwanul Muslimin (IM). Di Mesir, IM masuk dalam daftar organisasi terlarang.

Kejaksaan Negara Mesir telah memerintahkan agar Aboul Fotouh ditahan selama 15 hari karena berhubungan dengan organisasi teroris dan menyebarkan berita bohong baik di dalam mau pun di luar negeri. Penahanan ini terjadi tak lama setelah seorang advokat Mesir bernama Samir Sabry menyampaikan keluhan kepada kejaksaan atas tampilnya Aboul Fatouh dalam wawancara televisi di London, demikian dilansir Aljazirah, Jumat (16/2).

Sabry menyatakan Aboul Fatouh menyebarkan berita bohong dan menjelekkan Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi. Setelah aduan itu, Aboul Fotouh bersama enam anggota partainya ditanan polisi sekembali dari London.

Putra dari Aboul Fotouh membenarkan kabar tersebut melalui unggahan tulisan di akun Facebook-nya. Atas perintah kejaksaan, beberapa anggota Partai Mesir Kuat yang sedang mengunjungi Aboul Fatouh ikut ditahan. Mereka adalah Ahmed Abdel Jawad, Ahmed Salem, Mohamed Osman, Abdul Rahman Haridi, Ahmed Imam dan Tamer Gilani. Di malam yang sama, keenam orang itu dilepaskan, sementara Aboul Fotouh tetap ditahan.

Aboul Fatouh sendiri adalah mantan anggota Ikhwanul Muslimin dan kini menjadi pemimpin partai oposisi. Aboul Fotouh maju sebagai calon dalam pemilihan presiden Mesir pada 2012 lalu melalui jalur independen. Aboul Fotouh berhasil meraih 20 persen dari total suara pada putaran pertama.

Pilpres 2012 jadi penanda kompetisi tajam di Mesir usai revolusi 2011 yang menggulingkan Hosni Mubarak. Aboul Fotouh merupakan tokoh terbaru yang ditahan dari kelompok politisi setelah sejumlah kritikus pemerintah dan mantan pejabat pemerintahan juga ditahan.

Mesir akan menghadapi Pilpres 2018 pada Maret mendatang dimana al-Sisi akan kembali mencalonkan diri. Beberapa kandidat potensial lainnya juga mengalami ancaman serupa, baik intimidasi maupun penahanan sehingga memaksa mereka mundur dari pencalonan.

Dalam wawancara bersama Aljazirah pekan lalu, Aboul Fotouh mengecam langkah licik al-Sisi terhadap oposisi menjelang Pilpres 2018 dan menyebut hal ini tidak transparan dan tidak demokratis karena pemerintah menekan munculnya oposisi.

 

''Memboikot ejekan semacam ini adalah keharusan karena kami tak terima warga Mesir terlibat dalam Pilpres 2018 karena tekanan,'' ungkap Aboul Fotouh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement