Ahad 18 Feb 2018 11:57 WIB

Kepala Tentara Myanmar Raih Penghargaan dari Thailand

Jenderal Min Aung Hlaing mendapat penghargaan utama Knight Grand Cross

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Esthi Maharani
Pengungsi Rohingya di Bangladesh
Foto: BPMI
Pengungsi Rohingya di Bangladesh

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pemimpin Pasukan Bersenjata Myanmar menerima penghargaan dari Thailand meski militer Myanmar tengah diterpa tuduhan kejahatan kemanusiaan terhadap Muslim Rohingnya. Laman militer Myanmar melansir, Komandan tertinggi militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing mendapat penghargaan utama Knight Grand Cross dalam seremoni khusus di Bangkok, demikian dikutip Reuters, Sabtu (17/2). Laman militer Myamar juga menunjukkan foto Jenderal Min Aung Hlaing yang tengah berjabat tangan dengan pemimpin militer Thailand, Jenderal Tarnchaiyan Srisuwan.

Juru bicara militer Thailand, Letjen Nothapol Boonngam menyatakan, Thailand sendiri diketahui memang sering memberi penghargaan kepada kepala militer negara-negara lain yang kooperatif dengan militer Thailand.

 

''Jenderal Hlaing mendapat penghargaan ini karena hubungan baik kami. Kami saling mendukung misi satu sama lain dan saling bertukar kunjungan. Tentara kami bahkan juga punya kegiatan bersama,'' ungkap Boonngam.

Boonngam menambahkan, penghargaan ini merupakan hal terpisah dari isu HAM. Burma Human Rights Network menyatakan Thailand melangkah terlalu jauh dengan memberi penghargaan kepada Hlaing. Padahal, Thailand sudah melihat derasnya aliran pengungsi Rohingnya dan kelompok minoritas lain keluar Myamnar.

''Orang semacam ini tak pantas mendapat penghormatan setinggi ini,'' kata Direktur Eksekutif Burma Human Rights Network, Kyaw Win.

Hampir 700 ribu warga Rohingya keluar dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar dan mengungsi ke Bangladesh sejak Agustus 2017 lalu. Hal itu terjadi akibat operasi keamanan yang digelar militer Myanmar terhadap warga Rohingnya.

PBB sendiri menuduh Myanmar tengah melakukan upaya pembersihan etnis Rohingya. PBB mendapati bukti Myanmar melakukan pembakaran permukiman, pemerkosaan wanita, dan pembunuhan warga etnis Rohingnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement