Senin 19 Feb 2018 13:52 WIB

Netanyahu: Israel akan Melawan Iran

Netanyahu menyinggung pesawat tak berawak Iran yang terbang ke wilayah udara Israel.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Winda Destiana Putri
PM Israel Benjamin Netanyahu
PM Israel Benjamin Netanyahu

REPUBLIKA.CO.ID, MUNICH - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel dapat melawan Iran langsung, tidak hanya melawan sekutu-sekutunya yang ada di Timur Tengah. Pernyataan ini disampaikan setelah adanya insiden di perbatasan Suriah yang telah memicu konfrontasi antara kedua negara itu.

Dalam pidato pertamanya di Konferensi Keamanan Munich pada Ahad (18/2), dihadapan para pejabat keamanan dan pertahanan serta diplomat dari seluruh Eropa dan Amerika Serikat (AS), Netanyahu menyinggung pesawat tak berawak Iran yang terbang ke wilayah udara Israel bulan ini.

 

"Israel tidak akan membiarkan rezim tersebut melakukan teror di leher kami. Kami akan bertindak jika diperlukan, tidak hanya melawan sekutu Iran tetapi juga melawan Iran sendiri," ujar Netanyahu.

 

Iran kemudian mencemooh Netanyahu, dengan mengatakan reputasi Israel yang menganggap diri sendiri sebagai negara yang tak terkalahkan, saat ini telah runtuh. Satu jet Israel berhasil ditembak jatuh dalam serangan di Suriah.

 

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, menyebut pernyataan Netanyahu adalah sebuah lelucon yang bahkan tidak layak untuk mendapat tanggapan. "Apa yang telah terjadi dalam beberapa hari terakhir menunjukkan reputasi Israel sebagai negara yang tak terkalahkan, telah runtuh," ujar Zarif, yang berbicara dalam acara yang sama.

 

"Orang-orang Suriah memiliki nyali untuk menjatuhkan salah satu pesawatnya, seolah-olah ada bencana yang telah terjadi. Israel menggunakan agresi sebagai sebuah kebijakan untuk melawan tetangganya dengan melakukan serangan ke Suriah dan Lebanon," jelasnya.

 

Israel telah menuduh Teheran mencari pengaruh militer yang permanen di Suriah. Pasukan yang didukung Iran selama ini telah mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perang saudara yang telah memasuki tahun kedelapan di Suriah.

 

Netanyahu mengatakan, saat kelompok militan ISIS telah kehilangan wilayah, Iran dan sekutu-sekutunya mencoba untuk membangun pengaruh yang terus berlanjut di Timur Tengah dari Yaman. Iran juga berusaha menciptakan jembatan darat dari Iran ke Irak, Suriah, Lebanon, dan Gaza.

 

Retorika keras antara kedua negara di acara internasional ini terjadi saat Israel berusaha bekerja sama dengan negara-negara Arab Sunni yang sama-sama khawatir dengan pengaruh Syiah Iran. Selama berbulan-bulan, Netanyahu memuji kemajuan kerja samanya dengan mereka.

 

"Faktanya kita memiliki hubungan yang baru dengan negara-negara Arab, sesuatu yang saya tidak bisa bayangkan dalam hidup saya," kata Netanyahu, saat sesi tanya jawab setelah pidatonya.

 

"Ini nyata, sangat dalam dan meluas. Tidak harus melewati proses perdamaian formal, dan saya meragukan hal itu akan terjadi sampai kita mendapatkan kesepakatan formal dengan orang-orang Palestina, jadi keduanya berkaitan," tambah dia.

 

Israel memiliki perjanjian damai formal hanya dengan dua negara Arab, yaitu Mesir dan Yordania. Sementara negara lain mengatakan prasyarat perjanjian semacam itu ada di dalam kesepakatan Israel dengan Palestina.

 

Keprihatinan utama Israel adalah terhadap Lebanon, karena milisi Syiah yang didukung Iran, yaitu Hizbullah, adalah bagian dari koalisi pemerintahan Lebanon. Israel terakhir berperang melawan Hizbullah pada 2006.

 

Ketegangan antara Israel dan Lebanon meningkat saat Hizbullah mendapat perlawanan keras di Suriah, dan kedua negara juga memiliki sengketa perbatasan maritim. Israel telah melakukan serangan udara di Suriah terhadap dugaan adanya pengiriman senjata dari Iran ke Hizbullah dan menuduh Teheran berencana membangun pabrik rudal di Lebanon.

 

Menteri Pertahanan Lebanon, Yacoub Riad Sarraf, memperingatkan Israel agar tidak melakukan intervensi. "Hati-hati, kita akan membela diri kita juga punya rekan," kata Sarraf.

 

Netanyahu juga mengatakan kekuatan dunia perlu menulis ulang kesepakatan nuklir 2015 dengan Teheran untuk mengurangi ambisi senjata nuklir Iran sebagai imbalan atas bantuan sanksi ekonomi. "Ini saatnya menghentikan mereka sekarang. Mereka agresif, mereka mengembangkan rudal balistik, mereka memiliki jalan bebas untuk pengayaan uranium," ujar Netanyahu.

 

Perancis, Inggris, Jerman, Rusia, dan Cina, yang menandatangani kesepakatan nuklir bersama Iran dan AS, mengatakan kesepakatan tersebut berjalan dengan baik dan Iran mengizinkan dilakukannya inspeksi, dilansir laman Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement