Senin 26 Feb 2018 17:25 WIB

Tim SOS ACT Berangkat Bantu Korban Perang Suriah di Ghouta

Sebagai lembaga kemanusiaan tugas ACT beraksi menolong korban konflik.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Gita Amanda
Ghouta Timur krisis, ACT berangkatkan Tim SOS Syria
Foto: dok. ACT
Ghouta Timur krisis, ACT berangkatkan Tim SOS Syria

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyiapkan bantuan kemanusiaan untuk korban konflik di Ghouta, dalam rangka merespons dampak perang yang melanda Ghouta Timur, Suriah. Pada tahap awal ACT telah memberangkatkan Tim Sympathy of Solidarity (SOS) Suriah XIV pada Jumat (23/2) dan Sabtu (24/2).

Senior Vice President ACT, N Imam Akbari, mengatakan tim akan mendistribusikan bantuan pangan dan medis untuk para pengungsi Suriah. Para pengungsi mencoba menyelamatkan diri dari Ghouta Timur. Faktanya, saat ini sedang terjadi tragedi kemanusiaan di Ghouta Timur.

"Ini saatnya kita beraksi atas nama kemanusiaan, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak membantu, meskipun yang kita tolong berasal dari latar belakang yang berbeda," kata Imam melalui keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Senin (26/2).

Ia menerangkan, ACT sebagai lembaga kemanusiaan, maka tugas ACT beraksi menolong korban konflik dan mengajak banyak orang untuk peduli bersama. ACT akan berikhtiar semaksimal mungkin untuk mencapai Suriah. ACT juga akan bekerja sama dengan mitra-mitra di Suriah dalam rangka membantu korban konflik perang.

Imam menyampaikan, selain mengirimkan Tim SOS Suriah XIV untuk memberikan bantuan pada fase tanggap darurat. ACT juga sedang mempersiapkan program bantuan jangka panjang. Yakni program mendirikan Indonesia Humanitarian Center (IHC). Program IHC digagas karena perang saudara di Suriah sudah berlangsung selama tujuh tahun, tidak ada yang tahu kapan akan berakhir.

"Kita tidak tahu kapan ini akan berakhir, oleh karena itu, kami gulirkan program jangka panjang ini untuk bisa mensuplai kebutuhan logistik pengungsi Suriah yang serba terbatas," ujarnya.

ACT menginformasikan, eskalasi konflik di Ghouta Timur telah berlangsung selama lebih dari sepekan, terhitung sejak Ahad (18/2). Serangan udara yang terus menerus menggempur Ghouta Timur dinilai sebagai kondisi perang terburuk di Suriah. Pesawat Jet tempur secara intens membombardir rumah warga hingga fasilitas umum seperti masjid, rumah sakit, sekolah dan bangunan lainnya rusak.

Sebanyak 400 ribu penduduk Ghouta Timur terperangkap dalam zona merah konflik. Mereka sebagian besar merupakan para pengungsi internal (IDP). Bahkan, untuk sekadar melindungi diri dari hantaman roket perang saja sangat kesulitan.

Sementara, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) pada Sabtu (24/2) merilis data angka kematian yang telah melebihi 500 jiwa. Hampir setengahnya anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement