Senin 18 Jul 2011 17:31 WIB

Militer Israel Serang Nelayan dan Aktivis HAM Asing di Gaza

Kapal tempur Israel
Kapal tempur Israel

REPUBLIKA.CO.ID, Perahu tempur Israel menyerang para nelayan dan para aktivis hak asasi manusia (HAM) yang berada di sebuah perahu di perairan Jalur Gaza yang diblokade militer Zionis. Sebuah perahu milik Angkatan Laut Israel, menembaki para anggota Civil Peace Service, di atas perahu Oliva yang memonitor kondisi hak asasi manusia (HAM) para nelayan Jalur Gaza.

Aksi yang terjadi Ahad (17/7) kemarin itu dilakukan empat kali oleh militer Israel. Perahu Israel itu mengitari Oliva, menimbulkan ombak besar dalam upaya menenggelamkan perahu tersebut.

Joe Catrona, anggota organisasi Civil Peace Service mengatakan, "kami berada di setengah mil dari pantai Gaza. Berdasarakan Perjanjian Oslo, para nelayan Palestina berhak untuk menggunakan wilayah hingga 20 mil untuk bernelayan."

"Jelas bahwa pasukan Zionis mengganggu para nelayan dengan menciptakan gelombang ombak besar agar perahu nelayan Palestina itu tenggelam," katanya menambahkan.

Seorang nelayan Gaza menyatakan, sulit baginya untuk menghidupi anggota keluarganya karena tentara Israel mengizinkan aktivitas nelayan hanya di tiga mil saja. Dalam beberapa hari terakhir, perahu-perahu tempur Israel menembakkan senapan mesin berkaliber besar mereka ke arah para nelayan Palestina dan aktivis internasional.

Alix Robinson, anggota Civil Peace Service, dalam hal ini mengatakan, "sudah jelas bahwa pasukan Israel berusaha membinasakan kami. Mereka tidak ingin kami menyaksikan apa yang mereka (tentara Israel) lakukan karena kami adalah lembaga pengawas hak asasi manusia."

Rezim Zionis Israel telah memberlakukan blokade darat, laut, dan udara, terhadap Jalur Gaza sejak tahun 2007, setelah gerakan muqawama Palestina Hamas, mendapat dukungan warga dalam pemilu parlemen. Blokade tersebut telah menimbulkan bencana kemanusiaan dan perekonomian terhadap Gaza.

Sekitar 1,5 juta warga Gaza, menghadapi krisis bahan pangan, obat-obatan, dan bahan bakar. Mereka hidup dalam kondisi yang sangat mengenaskan.

sumber : IRIB/MZ/RM
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement