Kamis 14 Jun 2012 05:44 WIB

Camp David Terancam, Israel Ketakutan

Anti Zionist
Anti Zionist

REPUBLIKA.CO.ID, Uzi Dayan, mantan Wakil  Kepala Staf Gabungan Militer Rezim Zionis Israel menyatakan, kekhawatirannya terkait transformasi di Mesir terutama tentang kelanjutan perjanjian Camp David.

Saat berbicara di salah satu pertemuan anggota parlemen Israel (Knesset) Jenderal Dayan mengatakan, pelucutan senjata Mesir di wilayah Sinai sebagai poin utama dalam kesepakatan Camp David antara Kairo dan Tel Aviv. Jika Israel menerima masuknya pasukan Mesir ke wilayah tersebut berarti perjanjian Camp David secepatnya akan berakhir.

Kesepakatan Camp David ditandatangani pada tahun 1979 antara Anwar Sadat, Presiden Mesir dan Menachem Begin, Perdana Menteri Rezim Zionis yang ditengahi oleh Amerika Serikat. Perjanjian tersebut merupakan kesepakatan perdamaian pertama pasca perang antara Arab dan Israel.

Perjanjian Camp David tidak dapat diterima oleh umat Islam dan rakyat Mesir. Dua tahun pasca pengakuan Anwar Sadat atas Israel, ia diteror oleh sejumlah perwira Mesir dalam sebuah parade militer.

Saat Hosni Mubarak berkuasa di Mesir, ia selalu berkomitmen dengan perjanjian tersebut, bahkan Mubarak memiliki hubungan intim dengan Israel. Berlanjutnya kesepakatan Camp David selalu menjadi prioritas Tel Aviv  dan dinilai sebagai bagian dari keamanan Israel.

Meletusnya kebangkitan Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara yang meruntuhkan kediktatoran Hosni Mubarak dan mengantarnya ke kurungan besi, pendudukan Kedutaan Besar Israel di Kairo, peledakan secara kontinyu terhadap pipa-pipa penyuplai gas dari Mesir ke Palestina pendudukan, digelarnya pemilu parlemen, kemenangan kubu Islamis dan pemilu presiden, menjadi momok menyeramkan bagi Israel yang mengancam kelanggengan Camp David.

Israel dengan berbagai cara berupaya mempertahankan perjanjian Camp David. Bahkan pasca kemenangan kubu Islamis di pemilu parlemen Mesir dan meningkatnya tekanan untuk menghapus kesepakatan tersebut, Shimon Peres, Presiden Rezim Zionis, mengklaim bahwa pemerintah baru Mesir akan tetap komitmen dengan perjanjian Camp David. Ia menambahkan, pemerintah Mesir mendatang membutuhkan bantuan internasional, jika Kairo menghapus perdamaian dengan Israel, maka keputusan itu akan merugikan rakyat Mesir.

Statemen Peres tersebut menunjukkan kekhawatiran pejabat Te Aviv atas penghapusan kesepakatan Camp David. Saat ini ketakutan itu semakin meningkat mengingat dunia Arab semakin muak terhadap Israel.

Salah satu slogan terpenting yang diusung dalam kebangkitan Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara adalah pemutusan hubungan dengan Israel di semua sektor khususnya di bidang politik dan ekonomi.

Pejabat Israel memahami ancaman tersebut sehingga berupaya mencegah munculnya sikap-sikap anti-Israel di negara-negara Arab khususnya Mesir dengan bantuan AS, Eropa dan sejumlah diktator Arab. 

sumber : IRIB/IRNA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement