Jumat 14 Nov 2014 17:00 WIB

Di Tangan Umat Islam, Yerusalem dan Al-Aqsa Begitu Harmonis

Rep: cr02/ Red: Agung Sasongko
Masjid Al Aqsha
Foto: alaqsa-mosque.blogspot.com
Masjid Al Aqsha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Al Aqsa dan kota suci Yerusalem kini tengah menjadi sorotan dunia akibat ketegangan yang terjadi antara Palestina dan Israel. Sebelumnya, di bawah kendali umat Muslim selama 400 tahun setelah berakhirnya Perang Salib Pertama, kehidupan di sana sangat harmonis.

Muslim, Yahudi dan Kristen hidup harmonis dan damai selama ratusan tahun di tanah suci Yerusalem. Namun, kedamaian tersebut sirna ketika Kesultanan Ustmaniyah mengalami kekalahan selama perang dunia pertama. Hingga pada akhinya tanah Palestina dikuasi oleh Inggris pada 11 Desember 1917.

Di bawah kekuasaan Inggris, orang Yahudi kemudian diijinkan untuk bermigrasi ke Palestina yang memicu konflik besar di Palestina hingga saat ini. Menurut data statistik pada tahun 1922, orang Yahudi yang tinggal di Palestina meningkat drastis dari 83000 orang menjadi 467000 orang.

Alih-alih meredam konflik berkepanjangan antara warga Muslim Palestina dan Yahudi, Inggris membuatkan perjanjian damai antara kedua belah pihak dan meminta bantuan dari PBB. Dalam perjanjian tersebut, Palestina dibagi menjadi dua bagian untuk menghindari konflik.

Namun tidak mudah bagi warga Palestina untuk menerima perjanjian tersebut. Tetapi perjanjian tetap dilaksanakan, lima puluh lima daerah yang paling subur diberikan kepada Yahudi dan sebagian lagi diberikan kepada warga Palestina.

Namun, setelah perselisihan selesai, pada 14 Mei 1948 warga Yahudi mengumumkan dan mendeklarasikan negara Israel. Hal itu memicu peperangan dengan negara-negara Muslim lainnya. Sehingga terjadilah sejarah berdarah Yahudi pada tahun 1948, Perang Arab Israel I. Mesir, Yordania, dan Syria masing-masing menduduki Gaza, Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan.

Pada 1967 terjadi Perang 6 Hari, daerah negara-negara Arab dari Suriah, Yordania, Irak, dan Kuwait mulai persiapan untuk perang besar dengan tujuan mengakhiri pendudukan Israel dan memulihkan tanah Palestina. Namun terjadi  kekalahan yang tak terduga. Negara-negara Arab dalam perang 6 hari mengalami pukulan besar. Pada hari ketiga negara-negara tersebut mengalami pukulan besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement