Selasa 05 May 2015 14:20 WIB

Tentara Israel Akui Lakukan Kekejaman Perang Gaza

Rep: Gita Amanda / Red: Karta Raharja Ucu
Bangunan di Jalur Gaza, Palestina hancur akibat serangan militer Israel.
Foto: AP Photo/Adel Hana
Bangunan di Jalur Gaza, Palestina hancur akibat serangan militer Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Tentara Israel mengakui kekejaman yang dilakukan mereka di perang Gaza, musim panas lalu. Sebuah kelompok Israel mengeluarkan laporan, yang menyatakan pasukan Negeri Zionis itu melakukan serangan tak pandang bulu hingga menewaskan warga sipil Palestina.

"Apa pun di dalam (Gaza) merupakan ancaman, daerah tersebuh harus disterilkan, dikosongkan dari orang-orang dan jika kita tak melihat seseorang melambaikan bendera putih atau berteriak menyerah, maka dia ancaman dan ada ototritas untuk melepaskan tembakan," kata seorang tentara dengan jabatan sersan infanteri.

Seperti dilansir Aljazeera Senin (4/5), Direktur kelompok Breaking The Silence Yuli Novak mengatakan, laporan menunjukkan puluhan tentara yang tak mentaati norma-norma pertempuran militer. Laporan mengatakan, kesaksian datang dari tentara yang bertugas selama perang 50 hari di Gaza.

"Sebuah gambar menunjukkan adanya penggunaan senjata sembarangan yang menyebabkan kematian warga sipil tak berdosa," kata Novak.

Laporan tak menyebutkan nama personel yang terlibat. Mereka hanya diidentifikasi dengan jabatan dan cabang militer mereka, untuk melindungi privasi.

Kelompok mengatakan, laporan dimaksudkan untuk menunjukkan kepada publik Israel realitas yang ada. Laporan mengklaim Israel melonggarkan aturan keterlibatan. Ini mengakibatkan korban sipil yang berat.

Selama Perang Gaza, lebih dari 2.200 warga Palestina termasuk warga sipil tewas selama perang. Sementara dari pihak Israel 67 tentara dan enam warga sipil Israel tewas.

Militer Israel telah meluncurkan, puluhan penyelidikan dugaan pelanggaran masa perang. Mereka menolak laporan kelompok Breaking The Silencel. Militer mengklaim kekurangan bukti dan tak bisa diselidiki.

Israel berpendapat banyaknya korban tewas merupakan kesalahan Hamas. Menurut Israel, Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia. Hamas dituduh meluncurkan roket dan melakukan pembalasan dari daerah sipil.

Laporan dari Breaking The Silence, bisa menambah 'amunisi' bagi Palestina untuk menyeret Israel ke Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC). Palestina baru-baru ini bergabung dengan ICC, dengan harapan menuntut Israel atas tuduhan kejahatan perang.

Sebelumnya pada Senin (27/4) lalu, PBB menyalahkan Israel atas tujuh serangan mematikan ke sekolah PBB di Gaza. Militer Israel diminta bertanggung jawab atas kematian sedikitnya 44 warga Palestina yang mengungsi di sekolah tersebut tahun lalu.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan, ia menyesalkan serangan yang menewaskan 44 orang dan melukai 227 orang di situs PBB tersebut. Menurutnya ini merupakan kesalahan berat pada orang-orang yang mencari perlindungan.

"Ini masalah berat pada mereka yang mencari perlindungan," kata Ban.

Dalam salah satu kasus yang diselidiki ditemukan bahwa, sekolah khusus perempuan PBB diserang 88 tembakan mortir, oleh pasukan Israel. Sekolah perempuan kedua juga terkena tembakan langsung dari proyektil anti-tank tentara Israel. Sekolah ketiga diserang sebuah rudal Israel.

Pada tanggal 30 Juli, serangan Israel merobek dinding sekolah dasar khusus perempuan di Jebaliya, yang penuh sesak pengungsi tidur. Sekitar 3.000 warga Gaza berlindung di sana. Serangkaian artileri Israel juga menghantam sebelum fajar. Kelas A menjadi ruang paling berdarah. Laporan mengatakan 17 hingga 18 orang tewas, termasuk anggota staff PBB dan dua putranya.

"Tak ada peringatan sebelumnya oleh pemerintah Israel saat menembakkan proyektil peledak setinggi 155 MM atau ke daerah sekitar sekolah," ungkap laporan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement