Selasa 13 Oct 2015 14:05 WIB

Presiden Israel: Kami tidak Berperang dengan Islam

Presiden baru terpilih Israel, Reuven Rivlin (kiri), mendengarkan pidato Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Knesset, Gedung Parlemen Israel, di Jerusalam, Selasa (10/6) waktu setempat.
Foto: AP Photo
Presiden baru terpilih Israel, Reuven Rivlin (kiri), mendengarkan pidato Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Knesset, Gedung Parlemen Israel, di Jerusalam, Selasa (10/6) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Presiden Israel, Reuven Rivlin berusaha untuk meredakan ketegangan yang terjadi antara pihaknya dengan Palestina. Ketegangan di Tepi Barat dan Yerusalem meningkat seiring ulah Israel yang membatasi akses masuk Muslim ke Masjid Al Aqsa. Rivlin menegaskan, Israel tidak sedang berperang dengan Islam.

"Orang-orang Yahudi dan Negara Israel, tidak dan tidak akan berperang dengan Islam," ujarnya sesaat menghadiri pembukaan Knesset Israel untuk musim dingin 2015-16, Senin (12/10).

Dilansir Israel Natioal News, Selasa (13/10), Rivlin juga memastikan Israel tidak melanggar status quo di Masjid Al Aqsa. Rivlin bahkan menuding ada sejumlah pihak yang telah melakukan pembohongan dalam keruh ketegasangan di Tepi Barat dan Yerusalem.

Sebelumnya, organisasi pegiat HAM internasional Human Rights Watch (HRW), mengecam penggunaan kekerasan oleh tentara Israel dalam meredam upaya demonstrasi oleh warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Aksi tentara Israel ini dianggap melanggar ketentuan internasional tentang HAM.

Berdasarkan pantauannya di Tepi Barat dan Jalur Gaza, setidaknya 20 warga Palestina meninggal, termasuk remaja berusia 13 tahun yang ditembak mati di sekitar Ramallah. Selain itu, 1.000 orang juga dilaporkan mengalami luka-luka akibat tindakan represif tentara Israel dalam mengamankan demonstrasi warga Palestina. 

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina, HRW menyebutkan para petugas keamanan kedapatan menggunakan peluru tajam dan peluru baja yang dilapisi karet. Peluru ini mereka gunakan dalam mengamankan aksi unjuk rasa warga Palestina yang dilakukan secara bergelombang sejak 1 Oktober.

Sejak awal Oktober, warga Palestina memang terus melakukan protes terhadap upaya pemerintah Israel untuk membangun permukiman Yahudi di Yerusalem Timur. Para tentara Israel juga melakukan pengusiran terhadap sejumlah warga Arab di sekitar wilayah tersebut.

Warga Palestina juga memprotes keberadaan warga Yahudi yang secara ilegal membangun rumah di wilayah Palestina. Pun dengan penutupan Masjid Al Aqsa terhadap sejumlah umat Muslim dalam beberapa kesempatan. Kendati begitu, aksi Israel tidak pernah berhenti.

Terakhir pada Ahad (11/10), Israel sempat melancarkan serangan udara ke sejumlah titik di Jalur Gaza. Akibat serangan ini seorang perempuan hamil dan anak, yang berusia tiga tahun, tewas. Israel berkilah, serangan udara ini ditujukan untuk menghancurkan lokasi pembuatan senjata dan roket warga Palestina yang diduga digunakan untuk menyerang Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement