REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA – Warga Palestina frustrasi dan marah akibat krisis listrik yang semakin parah di wilayah Jalur Gaza. Sekitar 10.000 warga Palestina membanjiri jalan-jalan di wilayah pengungsian Jabaliya di utara Gaza akhir pekan ini. Ini dilakukan setelah lebih dari sepekan aliran listrik diputus.
Di berbagai wilayah di Gaza, warga hanya mendapat tiga jam jatah aliran listrik. Selebihnya hanya merasakan kegalapan. Warga yang melakukan aksi demo menunjukkan kemarahannya kepada blokade yang dilakukan Israel di Tepi Barat Gaza dan kepada Pemerintah Hamas. Mereka meminta agar ada solusi terhadap krisis listrik yang mereka hadapi saat ini. Para peserta aksi demo ada yang melawan pasukan keamanan.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Gaza Iyad al-Buzm mengatakan, para peserta aksi demo yang ditangkap karena membuat kerusuhan telah dibebaskan. "Kesepakatan juga telah dicapai di antara faksi politik," katanya, dikutip AlJazirah Sabtu, (21/1).
Hampir dua juta warga Palestina di Gaza telah mengalami krisis listrik aejak Israel bersama Mesir menerapkan blokade kepada Palestina satu dekade lalu. Krisis listrik semakin menjadi sejak Israel berperang melawan Palestina di Gaza selama 51 hari pada 2014. Dalam perang tersebut, Israel menargetkan serangan pada jaringan listrik di Palestina.
Wakil Ketua Otoritas Listrik Gaza Thafer Melhem mengatakan, Qatar memberikan donasi sebanyak 12 miliar dolar AS untuk memberikan kesempatan bagi warga Gaza menikmati listrik selama delapan jam. Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah mengatakan, Turki akan mendonasikan 15 ton bahan bakar ke Jalur Gaza. Perjanjian akan ditandatangani beberapa hari ke depan.