Rabu 22 Feb 2017 18:06 WIB

DPD: Utang Indonesia pada Palestina Belum Lunas

Konferensi Internasional ke-6 tentang Palestina di Teheran, Selasa (21/2).
Foto: AP/Ebrahim Noroozi
Konferensi Internasional ke-6 tentang Palestina di Teheran, Selasa (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Ketua DPD RI Mohammad Saleh menyatakan Indonesia terus mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. "Utang Indonesia belum lunas terhadap Palestina," katanya, Rabu (22/2) seperti dilaporkan wartawan Republika, Nasihin Masha, dari Teheran, Iran.

Saleh menyatakan hal itu dalam pidatonya dalam sidang yang dipimpin Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani. Konferensi Internasional ke-6 tentang Intifada Palestina hari ini memasuki hari kedua.

Selain melanjutkan mendengarkan pidato dari para delegasi, konferensi di hari terakhir ini juga ada sidang-sidang komisi yang akan menghasilkan rekomendasi. Konferensi yang diikuti 700 peserta dari 80 negara ini diprakarsai parlemen Iran.

Saleh mengatakan ketika Indonesia merdeka imam besar Palestina adalah salah satu yang segera mengakui kemerdekaan Indonesia. Pada sisi lain, Palestina adalah salah satu peserta Konferensi Asia Afrika pada di Bandung. "Saat itu Presiden Sukarno menolak Israel yang juga ingin ikut. Indonesia justru mengundang Yasser Arafat. Namun kini Palestina justru satu-satunya peserta Konferensi Asia Afrika yang belum merdeka," kata Saleh.

Selain itu, Saleh juga menjelaskan janji Indonesia seperti yang dikemukakan Presiden Sukarno pada 1962. "Indonesia akan berdiri teguh menolak Israel selama Palestina belum merdeka," katanya.

Dukungan Indonesia terhadap Palestina, kata Saleh, juga merupakan amanat konstitusi Indonesia. UUD 1945 menentang kolonialisme dan mengamanatkan untuk menciptakan perdamaian dunia. Karena itu Indonesia akan terus mendukung kemerdekaan dan perdamaian di Palestina.

"Sukarno menolak kemerdekaan Israel karena Israel mencaplok tanah Palestina," kata Saleh. "Kalian, Palestina, tidak sendiri dalam perjuangan maraton untuk meraih kemerdekaan."

Saat ini, kata Saleh, perhatian terhadap Palestina mulai terabaikan. "Dunia sibuk perang melawan teror. Tapi teror justru tiap hari menimpa rakyat Palestina," katanya. Karena itu ia mengajak untuk meninjau kembali pengertian tentang terorisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement