Ahad 08 Oct 2017 11:42 WIB

Trump: Netanyahu Masalah Terbesar Konflik Israel-Palestina

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Agus Yulianto
Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: KEVIN LAMARQUE/REUTERS
Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah masalah terbesar dalam proses perdamaian dalam konflik Israel Palestina. Netanyahu juga dinilai sebagai salah seorang yang sulit untuk dibujuk.

"Kedua pemimpin Israel dan Palestina bermasalah; Namun, Netanyahu adalah masalah yang terbesar," kata Presiden AS Donald Trump dalam sebuah pertemuan bulan lalu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dikutip surat kabar Haaretz, belum lama ini.

Pertemuan itu terjadi di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York, belum lama ini. Menurut enam diplomat Barat dan satu mantan pejabat senior Israel, setengah pembicaraan dari pertemuan tersebut membahas masalah Israel-Palestina.

Trump memberi tahu Guterres mengenai pandangannya sendiri terkait proses perdamaian di Timur Tengah. Trump mengatakan, Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, sudah sangat tua dan membutuhkan warisan untuk ditinggalkan. Sementara sebaliknya, Netanyahu adalah orang yang sulit untuk dibujuk.

Sebelum berbicara dengan Gutteres, Trump telah bertemu Netanyahu di acara yang sama. Trump mengejutkan Netanyahu dalam konferensi pers bersama karena memusatkan fokus pembicaraan pada konflik Israel-Palestina.

Netanyahu mengatakan, meski Trump memberi perhatian terhadap masalah Israel-Palestina di depan media, namun hal itu bukan topik utama yang dibicarakan keduanya. Sebelumnya, Netanyahu dan stafnya berulang kali menekankan bahwa pertemuannya dengan Trump di New York akan berfokus pada isu nuklir Iran.

Netanyahu telah meyakinkan Trump untuk bersikap keras terhadap Iran. Beberapa hari setelah dia kembali dari New York, Netanyahu memberi tahu kabinetnya tentang pertemuannya dengan Trump. "Saya mempresentasikan posisi kita kepada presiden," ujar Netanyahu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement