Sabtu 25 Mar 2017 12:16 WIB

Israel Diminta Tanggung Jawab karena Menembak Tiga Putri Dokter

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Warga Palestina di Rafah, Gaza, Palestina, mengenang mendiang Rachel Corrie aktivis AS yang tewas dibuldozer tentara Israel (Ilustrasi)
Foto: EPA/Mohammed Saber
Warga Palestina di Rafah, Gaza, Palestina, mengenang mendiang Rachel Corrie aktivis AS yang tewas dibuldozer tentara Israel (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALLEM -- Dr Izzeldin Abuelaish kehilangan tiga orang putrinya dan seorang keponakannya saat perang Israel di Gaza pada 2009. Izzeldin adalah seorang dokter dari Palestina yang bekerja di Rumah Sakit (RS) Israel.

Dia sangat ramah, moderat dan dicintai oleh masyarakat Israel. Tapi, pada 17 Januari 2009, Izzeldin menjadi seorang ayah yang terluka setelah Tank Israel menewaskan empat anggota keluarganya.

Setelah peristiwa itu, Izzeldin ditelepon oleh jurnalis dari Israel, Shlomi Eldar. Kemudian, Izzeldin menceritakan, tragedi yang menimpa keluarganya. Tapi, Eldar melakukan sesuatu yang mengejutkan banyak orang. Saat berbicara dengan Izzeldin melalui telepon, Eldar menayangkannya di stasiun berita Channel 10.

Sangat mengejutkan, Izzeldin tidak mengeluarkan kata-kata kebencian dan dendam saat diwawancarai. Dia mengatakan, putrinya yang meninggal adalah prajurit perdamaian. "Saya memiliki tiga putri cantik yang senang membantu orang, mereka adalah tentara perdamaian," ujarnya.

Selama bertahun-tahun setelah peristiwa tersebut, Izzeldin terus berbicara tentang cinta dan kasih sayang, dia tidak berbicara tentang kebencian dan dendam. Dia menulis buku dan menerima 14 gelar kehormatan. Dia juga dinominasikan untuk penghargaan nobel perdamaian.

Ternyata, Izzeldin mempunyai satu keinginan yang selalu diinginkannya. Keinginan tersebut dikatakannya kepada Arab News melalui saluran telepon pada Senin lalu. Dia ingin tentara Israel bertanggung jawab atas kematian tiga putri dan satu keponakannya.

"Tidak ada jumlah uang yang ada di dunia bisa memberikan kompensasi untuk putri-putri dan keponakan saya yang hilang. Yang saya sangat inginkan adalah Israel mau bertanggung jawab dan mengakui mereka telah melakukan kesalahan," katanya, dilansir dari Arab News, Sabtu (25/3).

Setelah enam tahun melakukan negosiasi hukum, Izzeldin akhirnya mempunyai kesempatan untuk membawa kasusnya ke pengadilan Israel. Kasus yang dibawanya akan disidangkan pada Maret dan April tahun ini. Izzeldin mengaku, hanya ingin keadilan untuk putri-putrinya yang telah tiada.

Putri-putri Izzeldin di antaranya, Bisa (22 tahun), Mayer (15), Aya (14) dan keponakannya Nour Abuelaish (14). Mereka terbunuh oleh tentara Israel. Saat meminta pertanggungjawaban kepada Israel yang telah membunuh keluarganya, Israel selalu mengatakan rumah Izzeldin dipenuhi dengan senjata Hamas. Oleh karena itu mereka menembak rumahnya.

"Jika tuduhan Israel benar di rumah banyak senjata Hamas, kenapa saya ada di sini, bukan di penjara," ujarnya. Ada beberapa saksi di sekitar rumah Izzeldin, mereka bersaksi tidak ada kegiatan militer (hamas) di rumah Izzeldin. Sementara, Eldar sang jurnalis dari Israel sengaja kembali ke Israel dari Amerika Serikat. Dia akan bersaksi di pengadilan tentang kisah Izzeldin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement