Rabu 24 May 2017 20:16 WIB

Presiden Abbas Sepakati Solusi Dua Negara

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Agus Yulianto
Presiden Palestina Mahmoud Abbas bertemu Presiden Donald Trump (Ilustrasi)
Foto: suarapalestina.id
Presiden Palestina Mahmoud Abbas bertemu Presiden Donald Trump (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BETLEHEM – Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengulangi seruannya untuk mendirikan sebuah Negara Palestina dengan Yerusalem Timmur sebagai ibu kotanya. Seruan tersebut ia sampaikan saat pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat melakukan perjalanan ke Israel pada Selasa (23/5) waktu setempat.

“Sekali lagi, kami tegaskan kembali, posisi kami menerima solusi dua negara sepanjang perbatasan tahun 1967 – negara bagian Palestina dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur, berdampingan dengan negara bagian Israel dalam perdamaian dan keamanan lingkungan yang baik, serta menyelesaikan keseluruhan masakah status akhir berdasarkan hukum interasional dan resolusi jangka panjang internasional. Dan menghormati kesepakatan yang menentukan nuansa pelaksanaan Prakarsa Perdamaian Arab sesuai dengan apa yang telah ditegaskan kembali dalaam KTT Arab terakhir di Yordania,” kata Abbas dalam konferenssi pers usai pertemuan tersebut, dikutip Asharq Alawsat,  Rabu (24/5).

Abbas juga menekankan, pentingnya pencapaian kemerdekaan rakyat Palestina adalah kunci perdamaian dan stabilitas dunia. Sehingga, anak-anak Plaestina dan Israel dapat menikmati masa depan yang aman, stabil, dan sejahtera.

Tak lupa ia menegaskan bahwa konflik antara Palestina dan Israel tidak didasarkan pada agama. Bgaimanapun, masalah sebenarnya adalah pendudukan dan permukiman.

“Masalah mendasar kami adalah denngan pendudukan dan permikiman, dan kegagalan Israel untuk mengenali negara Palestina dengan cara yang sama seperti kami mengenalinya. Yang merongrong realisasi solusi dua negara. Masalahnya bukan antara kami dan Yudaisme, melainkan kami dan pekerjaan,” tutur Abbas.

Tak lupa Abbas menyinggung isu tahanan Palestina, yang telah melakukan mogok makan selama lebih dari satu bulan, di beberapa meter dari lokasi pertemuan mereka dekat Gereja Kelahiran Kristus. Menurutnya, tuntutan para tahanan tersebut adalah hal yang manusiawi dan adil. Oleh karrena itu dia meminta Israel untuk memenuhi tuntutan manusiawi dan sah itu.

Abbas juga memuji pertemuan yang dilakukan Trump dengan beberapa pemimpin negara maayoritas Muslim di Arab Saudi untuk memberantas terorisme. Mengakhiri pidatonya, Abbas mengatakan jika perdamaian tersebut, maka sejarah akan mencaatat bahwa Trump yang mencapai perdamaian kedua negara.

Dalam kesempatan pertemuan dengan Abbas yang kurang dari satu jam tersebut, Trump hanya menekankan perlunya mencapai kesepakatan damai yang bersejarah. Tanpa menyebutkan mengenai solusi dua negara atau negara Palestina yang merdeka. Dia sama sekali tidak menyingggung tuntutan rakyat Palestina, termasuk masalah permukiman, tahanan atau hal lain untuuk menentukan nasib mereka. Pertemuannya dengan Abbas selama 45 menit itu dilakukan di Betlehem selama kunjungan dua hari Trump ke Israel.

“Saya berkomitmen untuk mencoba mencapai kesepakatan damai antara Israel dan Palestina, dan saya berniat melakukan semua yang saya bisa untuk membantu mereka mencapai tujuan tersebut. Presiden Abbas meyakinkan saya bahwa dia siap untuk bekerja menuju tujuan itu dengan itikad baik. Dan Perdana Menteri Netanyahu telah berjanji hal yang sama. Saya berharap dapat bekerja sama dengan para pemimpin ini menuju perdamaian yang abadi,” kata Trump.

Trump berharap dapat bekerja sama dengan Abbas mengenai hal-hal penting lainnya, seperti membuka potensi ekonomi Palestina, yang kini sedang berada dalam masa sulit, dan membangun usaha kontraterorisme yang positif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement