Ahad 16 Jul 2017 09:06 WIB

Palestina Khawatir Manuskrip dan Artifak Langka di Al-Aqsa

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Agus Yulianto
Kaum Wanita Palestina ikut shalat berjamaah di kompleks Masjidl Aqsa
Foto: Ammar Awad/Reuters
Kaum Wanita Palestina ikut shalat berjamaah di kompleks Masjidl Aqsa

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN - Kompleks Masjid Al-Aqsa telah ditutup selama selama dua hari berturut-turut oleh Israel. Penutupan ini membuat ribuan umat Muslim sulit beribadah dan wisatawan sulit untuk mengunjungi situs warisan dunia UNESCO itu.

Penutupan tersebut dilakukan Israel setelah terjadi baku tembak di pintu masuk masjid. Insiden ini menyebabkan terbunuhnya tiga warga Palestina dan dua polisi Israel.

Gubernur Yerusalem, Adnan Al-Husseini, mengatakan, pemerintah Israel bertanggung jawab atas kerusakan di kawasan masjid dan isinya. "Ada ribuan manuskrip, artefak langka, dan barang berharga lainnya di masjid dan di seluruh kompleks. Kami meminta Israel untuk bertanggung jawab," kata dia, dikutip Arab News.

Nayef Taha, seorang pegawai sipil pensiunan berusia 68 tahun yang tinggal di Kota Tua Yerusalem, mengatakan, Kota Tua sebelumnya tidak pernah lumpuh seperti ini selama bertahun-tahun. "Pemilik toko yang bukan penduduk Kota Tua tidak dapat membuka toko mereka. Israel mengizinkan hanya penduduk yang kartu identitasnya menyatakan mereka tinggal di Kota Tua," ungkap Taha.

Taha sendiri harus menyerahkan kartu identitasnya kepada tentara Israel yang ia temui di dua pos pemeriksaan. Menurutnya, Kota Tua yang biasanya ramai, kini menjadi kota hantu. "Sabtu biasanya hari yang sangat sibuk, tapi hari ini kebanyakan toko tutup dan bahkan sebuah klinik lokal belum dibuka," ujarnya.

Pejabat Palestina dan penduduk Yerusalem khawatir Israel akan memanfaatkan penutupan kompleks masjid tersebut untuk menghalangi akses ke situs suci ketiga umat Islam itu. Abdel Raouf Arnaout, seorang wartawan lokal yang bekerja untuk harian Al-Ayyam yang berbasis di Ramallah, mengatakan, kepada Arab News, salah satu ketakutannya adalah penerapan detektor logam.

"Jika mereka menerapkan detektor logam di setiap gerbang masjid, ini akan menjadi masalah besar, dan akan menghambat Muslim untuk memasuki masjid sepanjang hari," kata Arnaout.

Arnaout mencatat, di bulan Ramadhan lalu, ada lebih dari seperempat juta Muslim yang melaksanakan shalat Jumat di Al-Aqsa. "Jika mereka menerapkan detektor logam, sangat sedikit orang yang bisa shalat tepat waktu dan banyak yang akan mengantri menunggu," ungkap dia.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kompleks Masjid Al Aqsa dibuka kembali pada Ahad (16/7). "Telah diputuskan untuk membuka kembali Temple Mount secara berangsur-angsur bagi umat, pengunjung, dan turis," ujar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement