Senin 17 Jul 2017 08:54 WIB

Bentrokan Pecah Antara Muslim Beribadah dan Polisi Israel

Warga Palestina berdoa usai menunaikan shalat Jumat di Masjidil Al Aqsa (Ilustrasi)
Foto: Ammar Awad/Reuters
Warga Palestina berdoa usai menunaikan shalat Jumat di Masjidil Al Aqsa (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSSALEM -- Bentrokan terjadi di luar kompleks Masjid Al-Aqsha di Jerussalem Timur, saat penguasa Yahudi menerapkan langkah keamanan baru di pintu gerbang Masjid tersebut. Media Palestina melaporkan beberapa orang Palestina cedera akibat bentrokan itu.

Satu tayangan video di televisi berita Israel, Channel 2, memperlihatkan polisi anti-huru-hara memukuli dan menentang pengunjuk-rasa di luar kompleks Tempat Suci tersebut. Satu pernyataan polisi mengatakan satu orang ditangkap karena membuat kerusuhan.

Tindakan Israel itu, termasuk pemasangan CCTV yang mencakup seluruh kompleks tersebut, pos pemeriksa keamanan dan alat pendeteksi logam di semua pintu masuk, dipasang setelah tiga orang Palestina dengan kewarganegaraan Israel menembak-mati dua polisi Yahudi pada Jumat pagi.

Pria bersenjata itu, semuanya dari Kota Arab Umm Al-Fahm di Israel Tengah, selanjutnya ditembak dan meninggal oleh polisi. Tak lama setelah peristiwa tersebut, Israel menutup kompleks itu, dan menyatakan pasukan keamanan perlua memeriksa tempat tersebut untuk mencari gerilyawan lain atau amunisi. Itu adalah untuk pertama kali dalam 50 tahun Israel menutup kompleks itu, tempat suci ketiga umat Muslim.

Pada Ahad, Israel membuka kembali tempat suci tersebut tapi mengharuskan semua pelancong untuk menjalani pemeriksaan keamanan melalui alat pendeteksi logam yang dipasang di dua pintu masuk. Hanya warga Muslim dari Jerusalem yang diperkenankan masuk. Polisi mengatakan, mereka berencana secara bertahap membuka pintu masuk tambahan, setelah memasang detektor logam.

Waqaf, lembaga agama Islam yang mengelola kompleks itu, menolak tindakan baru tersebut dan menolak untuk menunaikan shalat di masjid itu. Lembaga Waqaf menyatakan tindakan tersebut adalah pelanggaran terhadap status quo.

Omar Kiswani, Direktur Masjid Al-Aqsha, mengatakan kepada wartawan di luar lokasi itu bahwa "penutupan tersebut, pendudukan, dan pencegahan warga mengumandangkan azan adalah tidak adil dan merupakan pelanggaran terhadap resoluasi PBB serta kesepakatan internasional".

"Kami menganggap pemerintah Yahudi bertanggung-jawab atas perubahan yang telah mereka buat di Masjid Al-Aqsha dan merampas wewenang kami atas Masjid itu," katanya.

Puluhan orang yang akan beribadah berdiri di luar Pintu Gerbang Domba di Kota Tua Jerusalem dan melaksanakan shalat di tempat terbuka sebagai protes atas tindakan baru tersebut. Sebagian perempuan menangis dan berteriak bahwa Al-Aqsha berada dalam bahaya, sementara yang lain berteriak "dengan semangat kami, kami akan membebaskanmu Al-Aqsha!"

Israel merebut Jerusalem Timur, tempat Masjid Al-Aqsha berada, bersama dengan bagian lain Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza selama Perang Timur Tengah 1967. Israel selanjutnya mencaplok Jerusalem Timur, dan mengakuinya sebagai bagian dari "ibu kotanya yang abadi dan tak terpisahkan" --dalam tindakan yang tak pernah diakui oleh masyarakat internasional.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement