Sabtu 29 Jul 2017 13:18 WIB

Bentrokan Al Aqsha Gagal Dihentikan

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Agus Yulianto
Warga Palestina di antara barikade ban saat bentrok dengan polisi Isreal di pos pemeriksaan Qalandiya di Kota Ramallah, Tepi Barat.
Foto: Mohamad Torokman/Reuters
Warga Palestina di antara barikade ban saat bentrok dengan polisi Isreal di pos pemeriksaan Qalandiya di Kota Ramallah, Tepi Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasukan Israel dan Palestina mengalami bentrokan di Masjid Al Aqsa, Yerusalem Timur, tepatnya di bagian Tepi Barat dan Gaza, yang sudah diduduki pasukan Israel setelah berminggu-minggu. Bahkan, bentrokan tempat suci umat Islam itu, sulit untuk dihentikan.

Kekerasan semakin parah terjadi di pinggiran Kota Tua Yerusalem dan melintasi Tepi Barat, setelah akhir shalat Jumat, (21/7). Dua warga Palestina dilaporkan terbunuh oleh tentara Israel. Ketegangan tetap berlanjut meski beberapa warga masih ada yang tetap berdiri di tempat suci itu.

Sementara, beberapa warga Palestina lainnya, kembali ke lokasi puncak bukit yang dikenal oleh umat Islam sebagai Haram al-Sharif dan Yahudi sebagai Bukit Bait Suci. Mereka baru kembali pada Kamis, (27/7). Mereka kembali setelah otoritas Islam mencabut pemboikotan pasukan pengamanan Israel yang sudah menduduki Yerusalem Timur di sana selama dua minggu.

Israel memindahkan semua aparat keamanan, menyusul tekanan kuat untuk meredakan krisis setelah berhari-hari terjadi bentrokan mematikan itu. Tidak hanya aparat, Israel juga memindahkan semua peralatan mereka termasuk detektor logam, kamera keamanan dan infrastruktur lainnya. Langkah ini diambil setelah dua polisi Israel ditembak mati oleh tiga orang Arab Israel, yang dituduh telah menyelundupkan senjata ke wilayah tersebut.

"Meskipun sudah dipindahkan, bentrokan tetap terjadi di sekitar kompleks pada Kamis (27/7) malam, yang menyebabkan 136 orang Palestina luka-luka," kata petugas medis Palestina.

Pasukan Israel melarang orang-orang Palestina di bawah usia 50 tahun memasuki Kota Tua, tempat suci umat Islam itu, serta membatasi ribuan orang Palestina untuk berdoa di jalanan di luar.

Larangan tersebut terkadang diberlakukan ketika sedang terjadi ketegangan, ini dilakukan untuk mencegah aksi demonstrasi yang mengarah pada kekerasan di sekitar Masjid Al Aqsa. Karena pada malam hari semua larangan itu dicabut, dan orang-orang Palestina dari segala usia diizinkan masuk ke kompleks masjid

Sementara sebagian besar orang mulai bubar dengan damai di wilayah sekitar Masjid Al Aqsa, bentrokan singkat justru muncul lagi di distrik Wadi Joz, dekat dengan Kota Tua. "Kekerasan juga terjadi di kota-kota Tepi Barat Qalqilya, Nablus, Hebron, Tulkarm, Ramallah dan pinggiran kota Betlehem. Pasukan Israel menembakkan gas air mata dan peluru karet saat ratusan pemrotes melemparkan batu," kata media lokal setempat. Akibatnya, sejumlah warga Palestina terluka, menurut sumber medis Palestina.

Militer Israel mengatakan, tentara menembak mati seorang Palestina yang dipersenjatai dengan pisau saat ia berlari ke arah tentara di persimpangan Gush Etzion, sebuah bundaran di luar blok permukiman Yahudi, sekitar enam mil (10 kilometer) selatan Bethlehem.

Namun, kantor berita Palestina Maan mengutip seorang saksi mata yang tidak disebutkan namanya mengatakan pria itu tidak bersenjata saat ditembak dari jarak 20 meter. "Di Gaza, seorang warga Palestina berusia 16 tahun ditembak mati oleh pasukan Israel di tengah bentrokan di dekat perbatasan dengan Israel," ujar Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh penguasa Hamas di daerah itu.

Sejak krisis meningkat, menyusul pembunuhan kedua polisi tersebut pada 14 Juli 2017, setidaknya lima orang Palestina telah terbunuh dalam bentrokan dan tiga warga sipil Israel ditikam sampai mati oleh seorang Palestina.

Perbedaan di atas Temple Mount / Haram al-Sharif menjadi konflik inti Israel-Palestina dan kompleksnya adalah titik nyala untuk kekerasan. Orang-orang Yahudi menganggap sebagai lokasi dua Biblical Temples dan tempat tersuci dalam Yudaisme. Ini juga merupakan kompleks Masjid al-Aqsa, tempat tersuci ketiga dalam Islam, tempat Nabi Muhammad naik ke surga, menurut tradisi Islam.

Warga Palestina mengatakan, bahwa langkah-langkah keamanan baru Israel mengganggu status quo yang sensitif, yang telah berulang kali dijanjikan Israel sejak menduduki daerah tersebut dalam perang Timur Tengah 1967. Namun Israel mengatakan, bahwa orang-orang Palestina menggunakan isu ini sebagai dalih untuk menyebarkan permusuhan terhadap negara Yahudi tersebut.

sumber : BBC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement