Kamis 07 Sep 2017 00:30 WIB

Mengintip Latihan Militer Terbesar Israel dalam Dua Dekade

Rep: Marniati/ Red: Bilal Ramadhan
Bangunan di Jalur Gaza, Palestina hancur akibat serangan militer Israel.
Foto: AP Photo/Adel Hana
Bangunan di Jalur Gaza, Palestina hancur akibat serangan militer Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengerahkan ribuan personil udara, laut dan darat ke perbatasan Lebanon untuk latihan militer terbesarnya dalam hampir dua dekade. Latihan ini dilakukan dalam persiapan untuk menghadapi konflik Hizbullah di masa depan.

Israel mulai khawatir atas persediaan senjata oleh kelompok pendukung Iran yang telah terlibat dalam pertempuran untuk mendukung Presiden Suriah Bashar Al-Assad serta kehadiran Garda Revolusi Iran, Hizbullah dan milisi Syiah lainnya yang ikut serta dalam pertempuran tersebut.

Mulai Senin malam, tentara dan pasukan cadangan mensimulasikan perang 10 hari dengan kelompok militan Lebanon untuk mempersiapkan diri dalam melawan berbagai ancaman. Terakhir kali tentara Israel melakukan latihan sebesar ini pada tahun 1998.

Latihan yang hampir dua dekade yang lalu terjadi dengan Suriah selama tujuh hari. Kedua negara secara teknis telah dalam keadaan perang selama beberapa dekade. "Saat ini tujuannya adalah untuk menundukkan Hizbullah untuk selamanya," kata perwira militer Israel seperti dilansir Middle East Monitor, Selasa (6/9).

Latihan yang diberi istilah 'Or Hadagan' atau 'Light of the Grain' telah direncanakan dari 18 bulan yang lalu. Dalam latihan militer ini, IDF akan menggunakan pesawat tempur, kapal, kapal selam, pesawat tak berawak, unit cyber dan sistem pertahanan rudal Israel. Dua rumah sakit lapangan dan truk serta helikopter untuk mengevakuasi korban juga akan disiapkan.

Dilansir dari independent.co.uk, Selasa (5/9) latihan akan dimulai dengan pertempuran perbatasan kecil dan meningkat menjadi perang skala penuh dengan tujuan utama untuk mengalahkan lawan-lawan Lebanon. Prajurit yang memainkan peran sebagai musuh akan mengenakan tanda tangan bendera kuning dan hijau Hizbullah dan seragam gaya gerilya serta senjata palsu dan rompi peledak.

Baik organisasi militan Lebanon dan sekutu-sekutunya di Iran telah bersumpah untuk penghancuran Israel. Setelah perang Israel-Hizbullah tahun 2006, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata namun tidak pernah menandatangani kesepakatan damai formal, yang berarti secara teknis mereka masih berperang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement