Rabu 20 Sep 2017 19:46 WIB
Anaknya Ditembak Tentara Israrel

Ibu Palestina Ini Dilarang Temani Anaknya di Rumah Sakit

Rep: Marniati/ Red: Agus Yulianto
Dinding pemisah antara komunitas Arab dan Yahudi di Kota Lod, Israel.
Foto: paper.li
Dinding pemisah antara komunitas Arab dan Yahudi di Kota Lod, Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pasukan Israel menembak dan melukai seorang anak Palestina dari jarak dekat dan melakukan penyergapan tanpa alasan apapun. Pasukan Isarael juga melarang orang tuanya untuk menemani anak laki-laki tersebut di rumah sakit. Hal ini terungkap berkat laporan dari LSM hak asasi manusia B'Tselem.

N.R., yang berusia 13 tahun, ditembak oleh tentara Israel pada 23 Juli setelah melewati celah di dinding pemisahan di dekat Jayyous di Tepi Barat yang diduduki. N.R. sedang menyeberang melalui sebuah lubang di dinding pemisahan dengan seorang anak laki-laki seusianya, saat mereka disergap oleh tentara yang bersembunyi menunggu di sisi lain. N.R. ditembak dan terluka di kedua kakinya.

Dinding pemisahan telah dikecam secara luas sebagai pemilikan lahan ilegal. Pada  2004, keberadaan dinding ini dikecam dalam pendapat penasihat Pengadilan Internasional di Den Haag.

Setelah dibawa ke rumah sakit, tentara Israel yang menjaga kamarnya mencegah orang tua N.R tinggal dengan anak laki-laki mereka selama delapan hari dan bahkan sempat mengikat N.R ditempat tidur.

Menurut B'Tselem, remaja tersebut dirawat di rumah sakit selama satu bulan dan menjalani tiga operasi. N.R. dijaga oleh seorang tentara di rumah sakit.

Selain itu, orang tua N.R tidak hadir saat diinterogasi dan saat penahanannya diperpanjang. Pada saat kejadian, ayah N.R juga dilarang mendekati anaknya yang tebaring di tanah akibat luka tembak.

"Saya mencoba untuk mendekat, namun tentara tidak mengizinkan saya melewatinya. Seorang tentara memperingatkan jika saya mendekat maka akan ditembak," ujar ayah N.R.

N.R. dibawa ke rumah sakit oleh tentara, yang memberi izin kepada ibu korban untuk mengunjunginya namun menolak izin untuk ayah N.R untuk alasan keamanan. Setelah operasi, tentara Israel kemudian mencegah sang ibu untuk menemani anak laki-laki tersebut.

"Mereka mendatangi saya dan memerintahkan saya untuk meninggalkan ruangan," katanya pada B'Tselem.

Ibu N.R menjelaskan, saat itu begitu banyak tentara dan petugas polisi datang untuk membawa ia keluar ruangan dengan paksa. Sebelum menyeret keluar, ia melihat petugas mengikat tangan anaknya dengan borgol dan meletakkannya di atas perutnya.

"Akibatnya,seperti dalam kasus yang tak terhitung jumlahnya di masa lalu, tidak ada yang akan bertanggung jawab atas serangkaian kesalahan ini, yang menjamin bahwa kasus serupa akan terjadi di masa depan, selama pendudukan berlanjut," ujar perwakilan B'Tselem.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement