Ahad 15 Oct 2017 08:57 WIB

Warga Gaza Bergembira Kembali ke Rumah Setelah Rekonsiliasi

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Selebrasi perdamaian Hamas dan Fatah (ilustrasi)
Foto: channel4.com
Selebrasi perdamaian Hamas dan Fatah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,AMMAN -- Warga Gaza yang tinggal di luar wilayah, merasakan kegembiraan saat diperbolehkan kembali ke rumah mereka setelah terjadi rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas. Beberapa di antaranya bahkan berencana untuk kembali ke Gaza selamanya.

Rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah mengakhiri perpecahan antara Jalur Gaza dan Tepi Barat yang telah terjadi selama 10 tahun. Persatuan pemerintah Palestina akan menjalankan kekuasaan di kedua wilayah tersebut, dan Mesir, yang menjadi perantara rekonsiliasi, diperkirakan akan membuka perbatasan Rafah dengan Gaza.

Rekonsiliasi ini menjadi kabar baik bagi Nahed Abo Tueima, seorang dosen di Universitas Bir Zeit di Ramallah, dan anak-anak perempuannya, Zein (15 tahun) dan Tana (12 tahun). Zein berusia tiga tahun ketika dia terakhir pergi ke Gaza dan Tana belum pernah ke sana.

"Saya telah tinggal di Tepi Barat selama 17 tahun. Saya hanya bisa mengunjungi Gaza beberapa kali, biasanya untuk menghadiri pemakaman kerabat. Anak perempuan saya hanya mengenal keluarga mereka melalui foto dan percakapan Facebook," kata Nahed kepada Arab News.

Ketika perbatasan dengan Mesir dibuka dan situasinya aman, Nahed berencana akan pergi ke Gaza untuk liburan panjang. "Saya tidak sabar membawa kedua putri saya pergi ke Gaza untuk berkumpul kembali dengan keluarga dan teman-teman, dan menikmati Gaza dengan cara yang sama seperti yang saya ingat dalam lima tahun pertama setelah kembalinya kepemimpinan Palestina mengikuti Kesepakatan Oslo," ujarnya.

Kegembiraan juga menyelimuti Taghreed El-Khodary, yang telah tinggal di Amsterdam, Belanda, selama enam tahun. Ia mengatakan, tidak ada satu hari pun berlalu tanpa berkomunikasi dengan Gaza.

"Dua anak saya yang lahir di Belanda sangat ingin melihat di mana saya lahir dan dibesarkan. Saya terus bercerita tentang kebun di rumah kami, tempat saya menghabiskan banyak waktu, dan mereka terus bertanya kapan mereka bisa berkunjung," kata Taghreed.

Namun, Taghreed tidak berharap bisa kembali ke Gaza secara permanen. "Banyak yang meninggalkan Gaza, tidak sabar untuk kembali untuk selamanya, tapi bagi kami yang rumahnya telah berubah, akan sulit untuk kembali untuk selamanya," tambah dia.

Mantan Menteri Komunikasi Palestina, Mashhour Abudaka, mengatakan efek utama dari rekonsiliasi tersebut akan lebih banyak dirasakan oleh orang-orang yang berada di dalam Gaza daripada di luar."Masih banyak yang bergantung pada pelaksanaan rekonsiliasi, namun pembukaan perbatasan Rafah akan lebih banyak membantu warga Gaza, karena orang-orang di Tepi Barat membutuhkan izin Israel atau Yordania untuk bisa sampai ke Gaza," ungkapnya.

Wafa'a Abdel Rahman, aktivis masyarakat sipil dari Gaza yang mengelola LSM Filastinyat, menambahkan pariwisata dan potensi industri gas akan menarik para pendatang ke Gaza "Orang-orang yang bekerja dengan pemerintah, serta calon investor, akan pergi dan tinggal secara permanen di Gaza," kata dia.

Abdel Salam Abu Askar, seorang produser televisi, juga sangat antusias untuk kembali ke Gaza untuk selamanya. "Kondisi sulit bagi banyak warga Gaza di Tepi Barat, terutama secara ekonomi. Saya telah memanggil banyak teman saya dan kami tidak sabar untuk dapat kembali ke rumah," ujar Abdel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement