Kamis 07 Dec 2017 21:01 WIB

Soal Yerusalem, Trump Disebut Gila

Bendera Israel dan Amerika Serikat diproyeksikan di dinding kota tua Yerusalem, Rabu (6/12). Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Foto: AP Photo/Sebastian Scheine
Bendera Israel dan Amerika Serikat diproyeksikan di dinding kota tua Yerusalem, Rabu (6/12). Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Wakil Ketua DPRD NTB Mori Hanafi menilai keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel merupakan sebagai tindakan yang sangat berbahaya.

"Presiden (Trump) ini gila," ujar Mori kepada Republika di Mataram, NTB, Kamis (7/12).

Mori menilai, sikap sembrono Trump seakan merobohkan pembangunan dinding perdamaian yang sejak lama dirintis dan dijaga. Politisi Gerindra ini meyakini reaksi penentangan akan sikap Trump akan mengalir deras, terutama dari komunitas muslim di berbagai dunia.

Mori menyayangkan sikap Trump yang dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas di kawasan timur tengah. Dengan menyebut Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Mori menilai Trump menutup mata dengan keberadaan Palestina.

"Sangat mengganggu, secara tidak langsung AS tidak mengakui Palestina. Ini sangat bertentangan, dan keputusan ini akan berdampak instabilitas kawasan timur tengah," ucap Mori.

Mori beranggapan, sikap keberatan sejatinya tak hanya keluar dari umat Islam, melainkan juga umat Nasrani yang juga berada di Yerusalem. Selain itu, Mori meyakini banyak negara sekutu AS yang tidak sependapat dengan apa yang diutarakan oleh Trump.

"Ini sangat berbahaya, gila, tidak punya perhitungan, dan melukai banyak umat Muslim dan Nasrani, jadi Trump luar biasa," kata Mori menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement