Jumat 08 Dec 2017 19:42 WIB

Israel Negara Palsu, Trump Harus Berhitung Ulang

Massa gabungan Ormas Islam Aceh mengusung spanduk, poster dan bendera saat menggelar aksi solidaritas terhadap Palestina di kawasan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (8/12).
Foto: Antara/Ampelsa
Massa gabungan Ormas Islam Aceh mengusung spanduk, poster dan bendera saat menggelar aksi solidaritas terhadap Palestina di kawasan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menyikapi keputusan AS yang akan memindahkan ibu kota Israel dari Tel Aviv ke Yerussaelm (Al-Quds), Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah menyatakan sikap. Pernyataan sikap yang ditandatangani Ketua Umum DPP Hidayatullah Nashirul Haq Lc, MA dan Sekretaris Jendral Ir Candra Kurnianto, Jumat (8/12) itu terdiri dari sembilan poin.

Pertama, Pemerintah Amerika Serikat melalui keputusan Presiden Donald Trump memindahkan Kedutaan Besar negaranya dari Tel Aviv ke Al-Quds (Jerusalem) serta mengklaim kota itu sebagai ibu kota negara palsu bernama “Israel”. Kedua, sikap pemerintah Donald Trump itu hanya menegaskan sekali lagi posisinya sebagai pendukung utama penjajahan Zionis Israel atas Masjidil Aqsha, Baitul Maqdis, dan atas seluruh rakyat dan wilayah Palestina yang berlawanan dengan prinsip-prinsip perdamaian dunia.

Ketiga, pengakuan Donald Trump bahwa Yerusalem sebagai ibu kota Israel adalah keputusan yang sangat berbahaya. Ini akan memicu kemarahan dan kebencian dunia Islam kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Trump harus berhitung ulang dengan keputusannya itu.

Karena itu, sekaranglah saatnya negara-negara Muslim dan Arab yang tergabung dalam OKI untuk melakukan perlawanan dan penolakan. Allah SWT telah memberikan momentum kepada kita untuk bersatu, bergerak dan melawan. Semoga peristiwa ini menjadi jalan menuju kemerdekaan Palestina dan pembebasan Masjidil Aqsha.

Keempat, keputusan itu juga menyingkap wajah asli Amerika Serikat yang sejak 1948 di depan masyarakat Internasional selalu berpura-pura sebagai penengah antara Palestina dan Zionis Israel, lewat berbagai perundingan, yang sebenarnya hanya sandiwara untuk memberi waktu lebih panjang bagi Zionis Israel untuk memperluas wilayah rampasan dan jajahannya.

Kelima, bagi kaum Muslimin Indonesia yang dengan seksama membaca Alquran dan meneladani sejarah hidup Rasulullah SAW serta sejarah pembebasan Masjidil Aqsha baik pada zaman Rasulullah SAW, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Khalifah ‘Umar bin Khattab, dan Panglima Shalahuddin Al-Ayyubi, kita memahami bahwa keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak semacam Donald Trump hanya akan mempercepat kehancuran penjajah dan para pendukungnya.

Keenam, dengan kerendahan hati dan niatan ikhlas, Hidayatullah menyerukan kepada seluruh umat Islam di mana pun berada, khususnya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, untuk tetap istiqamah mendidik generasi muda yang beriman, berakhlak mulia, cerdas, rela berkorban, dan istiqamah sebagaimana generasi para sahabat dan penerusnya sampai generasi ini layak mendapatkan pertolongan dan kemenangan dari Allah.

Ketujuh, Hidayatullah juga mengingatkan seluruh keluarga dan para pendidik Muslimin Indonesia supaya tak henti menjelaskan kepada anak-anak, remaja dan pemuda kita bahwa perjuangan panjang membebaskan Masjidil Aqsha akan selalu berusaha dilemahkan lewat perang aqidah dan pemikiran (seperti pornografi, gerakan pemurtadan, sekularisasi, pluralisme, liberalisasi, dan aliran-aliran sesat).

Kedelapan, Hidayatullah menitipkan agar keluarga-keluarga dan para pendidik Muslimin Indonesia senantiasa mengajak anak-anak, remaja dan para pemuda kita untuk terus-menerus:

a. Mendoakan para Mujahidin pembebas Masjidil Aqsha di garis depan

b. Menyebarluaskan informasi yang sahih tentang Masjidil Aqsha

c. Menginfaqkan sebagian harta untuk keluarga-keluarga kita yang bersabar di garis depan Palestina, Baitul Maqdis dan Masjidil Aqsha

d. Menyiapkan iman, ilmu, akhlak dan amal untuk membebaskan Masjidil Aqsha

Kesembilan, Hidayatullah mengingatkan setiap pribadi Muslim Indonesia untuk terus menguatkan persatuan dan kesatuan di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita mohon kepada Allah Ta’ala agar dijadikan sebagai bagian dari kekuatan shaf umat Islam yang akan menghadirkan perdamaian sejati di muka bumi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement