Sabtu 09 Dec 2017 17:13 WIB

Dua Orang Tewas, 1 Bayi Terluka dalam Kerusuhan Yerusalem

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Joko Sadewo
Aparat polisi Israel mengamankan warga Palestina di 'Gerbang Damaskus' Kompleks Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Palestina, Jumat (8/12)
Foto: Mahmoud Illean/AP
Aparat polisi Israel mengamankan warga Palestina di 'Gerbang Damaskus' Kompleks Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Palestina, Jumat (8/12)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Kementerian Kesehatan Palestina mendata dua orang tewas dan satu bayi berusia enam bulan terluka akibat serangan udara Israel di jalur Gaza. Serangan yang terjadi pada Jumat (8/12) malam waktu setempat juga melukai sedikitnya 25 warga Palestina.

Jenazah dua pejuang Hamas ditemukan pada waktu Subuh dari tempat pelatihan tentara bersenjata Qassam di selatan Kota Gaza, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina, dr. Ashraf al-Qidra dilansir dari Aljazeera, Sabtu (9/12). Ia memaparkan para pejuang diidentifikasi sebagai Mahmoud al-Atal (28) dan Mohammed Safadi (30).

Serangan udara pada Jumat malam, terjadi karena Israel menduga ada peluncuran roket dari dalam Jalur Gaza. Suatu laporan menyebut, sistem pertahanan rudal besi Israel berhasil menghentikan satu rudal di atas Kota Sderot, Israel selatan. Selain itu, ada dua rudal yang gagal mencapai wilayah Israel. Harian Israel Haaretz memberitakan tak ada korban jiwa akibat ledakan roket di atas Kota Sderot.

Partai politik Palestina Hamas berkicau di twitter, Pesawat jet Israel menargetkan bagian utara Gaza. Sementara media Israel memberitakan, roket itu menargetkan instalasi militer Hamas.

Serangan Israel di jalur Gaza terjadi di tengah demonstrasi besar-besaran di Tepi Barat, Yerusalem Timur. Demonstrasi itu tengah memprotes pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Padahal, warga Palestina, melihat Yerusalem Timur yang telah diduduki oleh Israel sejak 1967, merasa kota itu adalah milik Palestina.

Sedikitnya satu orang Palestina terbunuh karena tembakan Israel dalam demonstrasi tersebut. Sekitar 800 orang lainnya mengalami luka parah. Aljazeera belum bisa memastikan apakah ada kelompok Israel yang bertanggung jawab atas serangan itu.

Pemimpin Hamas Ismail Haniya menyebut langkah Trump sebagai agresi mencolok. Hamas dengan tegas menyerukan penghentian keputusan Trump itu. Ia beranggapan, keputusan Trump mengisyaratkan pengumuman resmi akhir proses perdamaian.

"Karena ini mengantarkan pada awal masa transformasi yang mengerikan, tidak hanya di tingkat Palestina, tapi juga di wilayah secara keseluruhan," kata Haniya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement