Ahad 10 Dec 2017 01:05 WIB

Prancis dan Turki Siap Desak AS Cabut Klaim Atas Yerusalem

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Andri Saubani
Unjuk rasa menentang putusan Amerika mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel di Istanbul,Turki, Jumat (8/12).
Foto: Osman Orsal/Reuters
Unjuk rasa menentang putusan Amerika mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel di Istanbul,Turki, Jumat (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Presiden Prancis Emmanuel Macron akan bekerja sama untuk membujuk Amerika Serikat (AS) mencabut keputusan terkait status Yerusalem. Kerja sama kedua kepala negara itu dilakukan melalui sambungan telepon.

Seperti dinukil laman Reuters, Ahad (10/12) kedua kepala negara itu sepakat keputusan Presiden Donald Trump meningkatkan kekhawatiran di timur tengah. Prancis dan Turki sepakat untuk bekerja sama agar AS mempertimbangkan kembali kepusan tersebut.

Amerika Serikat mengakui secara sepihak Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Trump berencana memindahkan kedutaan besar dari Tel Aviv ke Yerusalem meskipun mendapat kecaman lantas sudah melanggar kesepakatan internasional.

Erdogan kabarnya juga sudah melakukan pembicaraan dengan presiden Kazakhstan, Lebanon dan Azerbaijan membahas masalah tersebut. Dia juga meminta pertemuan mendadak negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Turki pekan depan.

Keputusan sepihak Trump juga mendapat tentangan dari negara-negara Eropa dalam sidang dewan keamanan PBB. Prancis, Italia, Jerman, Inggris dan Swedia merupakan negara yang mempertanyakan upaya AS dalam mewujudkan perdamaian di timur tengah.

Sementara, gelombang protes yang menentang keputusan sepihak Trump muncul dari berbagai belahan dunia semisal Iran, Jordania, Tunisia, Somalia, Yaman, Malaysia termasuk Indonesia. Status Yersusalem merupakan merupakan salah satu tantangan dalam mewujudkan kesepakatan damai antara Palestina dan Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement