Ahad 10 Dec 2017 01:50 WIB

25 Orang Terluka Akibat Serangan Israel ke Gaza

Aparat polisi Israel mengusir warga Palestina di 'Gerbang Damaskus' Kompleks Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Palestina, Jumat (8/12)
Foto: Ariel Schalit/AP
Aparat polisi Israel mengusir warga Palestina di 'Gerbang Damaskus' Kompleks Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Palestina, Jumat (8/12)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel mengklaim bahwa pesawatnya mengebom target militan di Gaza pada Jumat (8/12). Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan, setidaknya 25 orang terluka dalam serangan tersebut, termasuk enam anak.

Militer Israel telah melakukan serangan di sebuah kamp pelatihan militan dan sebuah depot senjata untuk menanggapi roket yang diluncurkan sebelumnya dari Gaza ke kota-kota Israel. Saksi mata mengatakan, sebagian besar korban luka adalah penduduk sebuah gedung di dekat kamp tersebut.

Sedikitnya satu orang warga Palestina terbunuh dalam bentrokan dengan pasukan Israel pada Jumat lalu dan puluhan lainnya terluka dalam demonstrasi terhadap pengakuan Presiden AS Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Ribuan warga Palestina mengadakan aksi protes dalam "Hari Kemarahan" pada Jumat di Tepi Barat Sungai Jordan, Gaza dan Yerusalem Timur menentang pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas kota kuno sebagai ibu kota Israel. Di seantero dunia Muslim dan Arab, ribuan orang turun ke jalan-jalan berunjuk rasa pada Jumat, hari suci umat Islam, dengan menyatakan solidaritas bersama rakyat Palestina dan marah terhadap langkah AS tersebut.

Ketika sholat Jumat berakhir di Masjid Al Aqsa di Yerusalem, para jamaah bergerak ke gerbang-gerbang Kota Tua, meneriakkan "Yerusalem merupakan ibu kota kami," dan "Kami tidak membutuhkan kata-kata kosong, kami memerlukan bebatuan dan senjata Kalashinikov". Sejumlah perkelahian pecah antara para pemerotes dan polisi.

Keputusan Trump untuk membalik kebijakan AS yang telah berlaku selama beberapa dekade dan mengakui Yerusalem, walaupun kekerasan sejauh ini terjadi. Bentrokan-bentrokan terjadi di sejumlah tempat di Tepi Barat setelah sholat Jumat, walau aksi-aksi protes tampak tak sepanas dibandingkan hari sebelumnya. Di Hebron dan Bethlehem puluhan warga Palestina melempar bebatuan ke arah tentara Israel yang membalas dengan tembakan gas air mata,

Di Gaza, seruan-seruan bagi para jamaah untuk memprotes terdengar melalui pengeras-pengeras suara masjid dan puluhan anak muda membakar ban-ban di jalan-jalan utama wilayah kantung itu, yang dikuasai oleh kelompok Hamas, dan ratusan orang berpawai menuju perbatasan dengan Israel.

Hamas telah menyerukan pergolakan Palestina yang baru seperti "Intifada" pada tahun 1987-1993 dan 2000-2005 yang merenggut jiwa ribuan warga Palestina dan lebih 1.000 orang Israel.

Pengumuman Trump pada Rabu telah membuat murka dunia Arab dan marah para sekutu Barat. Status Yerusalem telah menjadi salah satu rintangan paling besar bagi persetujuan perdamaian antara Israel dan pihak Palestina dari generasi ke generasi.

Israel memandang semua wilayah Yerusalem menjadi ibu kota. Pihak Palestina menginginkan bagian timur kota itu sebagai ibu kota negara merdeka mereka pada masa depan. Sebagian besar memandang Yerusalem Timur, yang Israel rebut dalam perang tahun 1967 dan dicaplok, menjadi wilayah pendudukan, termasuk Kota Tua, rumah bagi situs-situs yang dipandang suci oleh umat Islam, Yahudi dan Kristen.

Selama beberapa dekade, Washington, seperti sebagian besar masyarakat internasional, menahan diri untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Mereka berpendapat bahwa statusnya hendaknya ditentukan sebagai bagian dari proses perdamaian Palestina-Israel. Tak ada negara yang mempunyai kedutaan di sana.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement