Ahad 10 Dec 2017 13:43 WIB

Ini Pengakuan Umat Kristen yang Hidup di Yerusalem - 2

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Warga Kristen Nasrani Palestina
Foto: http://972mag.com
Warga Kristen Nasrani Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di dalam kota tua Yerusalem kerap dijuluki sebagai kota suci tiga agama. Pasalnya, di dalamnya hidup umat agama Yahudi, Kristen dan Islam. Kota ini pun kembali ramai diperbincangkan masyarakat Internasional setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengakui rumah mereka sebagai ibukota Israel.

Tiga umat bergama ini pun, umat Islam, Kristen, dan Yahudi menyampaikan pengakuannya tentang Kota Yerusalem dan menanggapi sikap sepihak Trump. Umat Islam dan Kristen mempunyai pandangan yang hampir serupa, namun berbeda dengan sikap umat Yahudi.

Berikut pengakuan umat Kristen yang bekerja di sebuah restoran Kota Tua Yerusalem, Jonathan Abu Ali (21) seperti dilansir laman Australian Broadcasting Corporation (ABC), Ahad (10/12). Jonathan mengaku, bahwa dirinya sejak kecil sudah tinggal Yerusalem, sehingga kota suci tiga agama ini sangat berarti baginya.

"Yerusalem adalah rumah saya. Saya dibesarkan di sini, saya dibesarkan di sini, itu berarti segalanya bagi saya, memiliki makna spiritual bagi saya. Yesus disalibkan di sini dan ini adalah rumah bagi banyak orang Kristen," ujarnya.

Menanggapi sikap Donal Trump, dia mengatakan, bahwa seharusnya Trump tidak mengganggu bisnis umat beragama di Yerusalem. Karena, menurut dia, tanah Yerusalem adalah milik umat Kristen, Yahudi, dan Islam.

"Saya pikir orang itu ( Trump) sedikit lebih banyak daripada yang bisa dia kunyah, Anda tahu? Tanah itu milik kita, sebagai orang Kristen, Yahudi, dan Muslim. Saya pikir seseorang dari dunia luar seharusnya tidak mengganggu bisnis kita," ucapnya.

Dia mengatakan, bahwa umat tiga agama itu telah tinggal selama berabad-abad dan hidup rukun sebagai saudara. Namun, pemerintah kemudian menciptakan masalah, sehingga menyebabkan banyak tindakan kekerasan.

"Kami telah tinggal di sini selama berabad-abad sebagai saudara dan pemerintah menciptakan masalah. Permasalahan sudah dimulai. Saya pikir ini akan menyebabkan lebih banyak kekerasan, di seluruh negeri," kata Jonathan.

"Ini bisa menyebabkan lebih banyak kekerasan karena semua orang menginginkan sebidang tanah ini, semua orang mengira itu milik mereka, orang Kristen, Yahudi dan Muslim," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement