Senin 11 Dec 2017 06:22 WIB

Netanyahu: Yerusalem Ibu Kota Israel Selama 3.000 Tahun

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ani Nursalikah
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: AP Photo
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan untuk bergerak menuju perdamaian warga Palestina harus menerima kenyataan Yerusalem adalah ibu kota Israel.

Netanyahu mengatakan Yerusalem telah menjadi ibu kota Israel selama 3.000 tahun dan tidak pernah menjadi ibu kota negara lain. Ia berbicara di tengah demonstrasi yang sedang berlangsung di dunia Muslim dan Arab terkait keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Kekerasan meletus di dekat kedutaan AS di Lebanon dan tempat lain pada Ahad (10/12). Di Yerusalem, seorang warga Palestina ditangkap setelah menikam dan melukai seorang tentara Israel di stasiun bus pusat.

Di Paris, setelah berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Netanyahu mengatakan upaya menolak koneksi orang-orang Yahudi ke Yerusalem merupakan hal yang tidak masuk akal.

"Anda bisa membacanya dalam sebuah buku yang sangat bagus, ini disebut Alkitab. Anda dapat membacanya setelah Alkitab Anda dapat mendengarnya dalam sejarah komunitas Yahudi di seluruh diaspora kita, di mana lagi ibu kota Israel selain di Yerusalem?" katanya seperti yang dilansir di BBC News, Senin (11/12).

"Semakin cepat orang-orang Palestina mengatasi kenyataan ini, semakin cepat kita akan bergerak menuju perdamaian," tambahnya.

Juru bicara Wakil Presiden AS Mike Pence mengkritik Otoritas Palestina. Ia menyayangkan sikap Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang menolak bertemu dengannya dalam perjalanannya ke wilayah tersebut.

Di Mesir, ulama Muslim dan Kristen tertinggi di negara itu juga telah membatalkan pembicaraan yang dijadwalkan dengan Pence sebagai bentuk protes atas tindakan AS tersebut.

Israel selalu menganggap Yerusalem sebagai ibu kotanya, sementara Palestina mengklaim Yerusalem Timur yang diduduki oleh Israel dalam perang 1967 sebagai ibu kota negara Palestina di masa depan.

Di Beirut, polisi antihuru-hara menggunakan gas air mata dan meriam air untuk menghentikan ratusan pemrotes agar tidak mencapai kedutaan AS, Ahad (10/12). Protes lebih lanjut juga terjadi di Kairo dan Rabat, Ibu Kota Maroko.

Di Palestina, demonstrasi berlanjut. Israel mengatakan telah meledakkan terowongan dari Gaza yang dikatakan sedang digali untuk memungkinkan serangan militan. Ribuan orang juga berdemonstrasi di luar kedutaan AS di Jakarta, Indonesia dengan membawa beberapa spanduk bertuliskan "Palestina ada di hati kami."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement