Rabu 13 Dec 2017 17:38 WIB

Azyumardi: OKI Harus Bersatu dengan Eropa, Rusia, dan Cina

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Azyumardi Azra
Foto: dok Republika
Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah kepala negara tengah menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Turki. Dalam konferensi tersebut, negara anggota OKI membahas mengenai keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem menjadi Ibukota Israel. Keputusan ini menuai protes dari seluruh negara terutama Timur Tengah.

Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra menilai, konferensi tersebut sangat bagus, apalagi Presiden Joko Widodo dan Presiden Erdogan termasuk salah satu inisiatornya.
 
Akan tetapi, perlu ditekankan bahwa negara-negara Timur Tengah harus bersatu.  "Saya menyarankan kepada presiden menggalang aliansi dengan Uni Eropa, karena Uni Eropa juga menolak pernyataan Donald Trump menjadikan Yerusalem sebagai Ibuk ota Israel," ujar Azyumardi ketika ditemui di Istana Wakil Presiden, Rabu (13/12).
 
Azyumardi berpendapat, Indonesia perlu menggalang kekuatan dengan melibatkan negara lain seperti Rusia, Jepang, Cina, dan negara lainnya di Asia untuk membentuk aliansi dengan Uni Eropa. Jika aliansi tersebut telah terbentuk, maka Amerika Serikat akan mempertimbangkan dan mendengarkan protes yang terjadi saat ini.
 
Menurut Azyumardi, apabila hanya mengandalkan deklarasi OKI maka akan sulit untuk menekan Amerika Serikat. Sebab, di dalam internal OKI masih ada sejumlah negara yang memiliki sikap berbeda terhadap Amerika Serikat. Sehingga dalam menyelesaikan permasalahan Yerusalem ini sikap mereka tidak terlalu tulus seperti Indonesia.
 
Azyumardi mengatakan, Indonesia tulus memberikan dukungan terhadap solusi dua negara. Karena, Indonesia tidak memiliki kepentingan politik maupun ekonomi kepada Amerika Serikat.
 
"Kalau cuma OKI saya kira agak susah karena di dalam OKI sendiri juga macam-macam sikapnya terhadap Amerika, ada yang tergantung pada Amerika secara politik, ekonomi. Kalau Indonesia kan tulus, karena gak ada kepentingan politik dan ekonomi," kata Azyumardi.
 
Azyumardi mengatakan, solusi dua negara menjadi satu-satunya alternatif yang bisa ditawarkan untuk perdamaian di Palestina dan Israel. Solusi ini yakni mengakui negara Palestina dan Israel yang berdaulat. Selain itu, alternatif ini juga penting untuk menyepakati Yerusalem sebagai Ibu kota bagi kedua negara.
 
"Yerusalem Barat katakanlah yang diduduki Israel sejak 1958 menjadi Ibu kota Israel, dan kemudian Yerusalem Timur menjadi Ibuota Palestina, itu satu-satunya alternatif cara menyelesaikannya," ujar Azyumardi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement