Jumat 15 Dec 2017 19:45 WIB

Sikap Trump Persulit Perdamaian Palestina-Israel

Rep: mg02/ Red: Hiru Muhammad
 Pendiri FPCI Dino Patti Djalal, Dubes Palestina Dr. Zuhair al Shun, Dubes Jordania Walid al Hadid saat diskusi tentang masa depan Palestina di Mayapada Tower 1, Jakarta, Jumat (15/12).
Foto: Foto: Mg02
Pendiri FPCI Dino Patti Djalal, Dubes Palestina Dr. Zuhair al Shun, Dubes Jordania Walid al Hadid saat diskusi tentang masa depan Palestina di Mayapada Tower 1, Jakarta, Jumat (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terkait pengakuannya terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel menuai banyak kecaman dan penolakan. Salah satu di antaranya adalah Duta Besar Jordania untuk Indonesia Walid al Hadid yang menyebutnya sebagai pengakuan yang berbahaya dan merusak perdamaian.

Menurut Walid, pernyataan Donald Trump bukan saja menjadi permasalahan bagi masyarakat Muslim di Palestina, tetapi juga menjadi permasalahan bersama. Umat Islam, umat Kristiani, hingga para aktivis kemanusiaan terkena dampak dari pernyataan Donald Trump. “Pernyataan Presiden Donald Trump sangat berbahaya,” ujar Walid, Jumat (15/12).

Dubes Palestina Dr. Zuhair al Shun menilai, langkah yang dilakukan Amerika Serikat dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sangat tidak adil dan merusak proses perdamaian yang tengah berlangsung di kawasan. Keputusan yang diambil  Trump adalah hasil dari upaya Israel yang sangat bersikeras mendorong penetapan tersebut. "Keputusan Trump justru akan meningkatkan ketegangan di kawasan," katanya.

Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal bahkan menggambarkan konflik yang terjadi di Palestina adalah konflik yang paling sulit diselesaikan. Pernyataan sepihak dari Presiden Donald Trump menambah rumit proses perdamaian. Paling tidak,  masih ada peluang untuk menyelesaikan konflik itu. “Kita berharap Presiden Trump tidak akan melakukan pemindahan Kedubes AS dalam waktu dekat,” katanya. 

Dino menambahkan, persatuan Palestina yang mencakup 13 faksi politik juga bisa menjadi pintu keluar diselesaikannya persoalan yang sedang terjadi. Perpecahan antar faksi itu dinilainya sebagai kelemahan Palestina yang paling fatal.

Dino mengungkapkan, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam berbagai forum pertemuan dengan terus terang pernah mengimbau pimpinan Palestina agar bersatu.

Perjuangan kemerdekaan Indonesia baru bisa tercapai setelah semua kekuatan di dalam negeri bersatu. Jika tidak bersatu, bukan tidak mungkin rekonsiliasi yang sedang berjalan di Palestina bisa buyar lagi. “Kita semua yakin Palestina akan segera merdeka,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement