Kamis 25 Jan 2018 04:15 WIB

Cerita Ketua Senat Universitas Islam Gaza tentang Palestina

Palestina bukan hanya milik rakyat Palestina, tapi Palestina milik umat Islam dunia.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Suasana Dome of The Rock di kompleks Al Aqsa, Yerusalem, Palestina beberapa waktu lalu (Ilustrasi)
Foto: Oded Balilty/AP
Suasana Dome of The Rock di kompleks Al Aqsa, Yerusalem, Palestina beberapa waktu lalu (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Islamic University of Gaza atau Universitas Islam Gaza (IUG) menggelar halaqah di Gedung PBNU pada Rabu (24/1) sore. Perwakilan dari IUG menceritakan kondisi rakyat Palestina yang hidup penuh kesulitan di bawah tekanan dan penjajahan Israel.

Chairman of the Board of Trustees atau Ketua Senat IUG Prof Nasreddin El Mezaini menyampaikan, sangat senang karena disambut dengan baik dan diberi kesempatan untuk berbagi cerita tentang kondisi Palestina di PBNU. Kata dia, bantuan dari Indonesia terhadap Palestina sangat luar biasa.

"Palestina bukan hanya milik rakyat Palestina, tapi Palestina milik umat Islam di seluruh dunia karena ada Masjid Al Aqsha yang milik seluruh kaum Muslimin yang beriman kepada Allah," kata Prof Nasreddin di Gedung PBNU, Rabu (24/1)

Ia menceritakan, sebelum tahun 1947, tidak ada yang namanya Negara Israel. Kemudian, Inggris berkuasa setelah Perang Dunia ke-II karena memenangkan peperangan. Akhirnya Inggris mempersilakan dan mendorong orang-orang Yahudi dari berbagai negara untuk dibawa masuk ke Palestina.

Kemudian wilayah Israel mulai tampak secara perlahan di tahun 1967. Wilayahnya terus membesar sampai sekarang. Sejak tahun 1967, banyak perjanjian yang memperlemah Palestina dan memperkuat Israel. Kondisi terbaru di Palestina, wilayah yang sekarang dikuasai Israel dipagari dengan tembok.

"Jadi tidak leluasa, makannya orang yang di Gaza tidak bisa keluar, masuk ke Gaza juga susah," ujarnya.

Ia menerangkan, perjalanan dari Gaza ke Baitul Maqdis (Yerusalem) membutuhkan waktu 1,5 jam. Tapi, sudah sejak 20 tahun lalu susah memasuki Baitul Maqdis. Hanya orang-orang yang memiliki hubungan dengan Israel yang bisa pergi dari Gaza ke Baitul Maqdis.

Diceritakan Prof Nasreddin, wilayah tempat tinggal rakyat Palestina dipisah-pisahkan atau di sekat oleh Israel. Sehingga setiap rakyat Palestina yang ingin melintasi wilayah Israel harus diperiksa dengan sangat ketat. Begitu susahnya hidup di Palestina.

"Di blok, di pagar, kalau keluar susah masuk, kalau masuk susah keluar, yang ada di West Bank yang ada Baitul Maqdis situasinya seperti itu," ujarnya.

Ia menjelaskan, orang yang mau beraktivitas atau bepergian dari satu wilayah ke wilayah lain harus melewati pemeriksaan Israel yang sangat ketat. Sebab, wilayah tempat tinggal rakyat Palestina di blok atau di sekat oleh Israel.

Prof Nasreddin juga menginformasikan, luas wilayah Gaza sekitar 365 km persegi. Jumlah penduduknya sampai sekitar 2 juta jiwa. Tapi, listrik hanya hidup sekitar 4-6 jam per hari. Jumlah pengangguran terbuka mencapai 43 persen, jumlah rakyat yang ada di bawah garis kemiskinan mencapai 65 persen. "Gerak rakyat Palestina sangat dibatasi oleh Israel. Gaza adalah penjara yang terbuka," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement