Senin 12 Feb 2018 17:04 WIB

Ahed Tamimi akan Hadapi Pengadilan Militer Israel

Gadis ini adalah satu dari 300 anak remaja Palestina yang ditahan di penjara Israel.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Ahed Tamimi saat digiring polisi Israel menuju pengadilan militer di  Betunia, Tepi Barat, Rabu (20/12).
Foto: Abir Sultan/EPA
Ahed Tamimi saat digiring polisi Israel menuju pengadilan militer di Betunia, Tepi Barat, Rabu (20/12).

REPUBLIKA.CO.ID, NABI SALEH -- Remaja aktivis Palestina Ahed Tamimi akan menghadapi persidangan di pengadilan militer Israel pada Selasa (13/2) karena telah menampar dan meninju dua tentara Israel. Gadis ini adalah satu dari 300 anak remaja Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Tindakan berani Tamimi itu menurut penduduk Palestina merupakan bentuk perjuangan mereka dalam melawan militer Israel yang brutal. Sementara Israel justru menggambarkan aksi Tamimi sebagai sebuah provokasi yang dimaksudkan untuk mempermalukan militernya.

Pengumuman mengejutkan yang dikeluarkan pejabat Israel baru-baru ini menyatakan, parlemen tengah menyelidiki apakah Tamimi yang berambut keriting dan bermata biru itu adalah benar-benar warga Palestina. Remaja berusia 17 tahun yang dijebloskan ke penjara Israel bulan lalu ini telah menjadi simbol pertempuran yang telah berlangsung lama antara Palestina dan Israel.

Tamimi menyerang dua tentara Israel di luar rumahnya di Tepi Barat setelah mengetahui tentara itu melukai sepupunya yang masih berusia 15 tahun. Mereka menembak kepala sepupunya dari jarak dekat dengan peluru karet saat berada di dekatnya.

Israel menuntut tindakan Tamimi sebagai tindak pidana dan mendakwanya atas tuduhan penyerangan serta hasutan yang berpotensi membuatnya dijatuhi hukuman penjara selama beberapa tahun.

Ayah Tamimi, Bassem, yang telah menjadi aktivis di usia 14 tahun, mengatakan ia memperkirakan anaknya akan dihukum berat oleh pengadilan militer Israel. Menurutnya, Tamimi mungkin akan tetap berada di dalam penjara dalam beberapa waktu.

Sementara ibu Tamimi, Nariman, yang sedang diadili setelah ditangkap dalam bentrokan di Desa Nabi Saleh pada 15 Desember lalu juga diperkirakan akan dijatuhi hukuman.

Sejak 2009, warga Nabi Saleh telah banyak melakukan demonstrasi antipendudukan yang sering berakhir dengan bentrokan. Ahed Tamimi telah berpartisipasi dalam demonstrasi semacam itu sejak ia masih berusia muda.

Saat ini, lebih dari 1,7 juta orang telah menandatangani sebuah petisi daring yang meminta agar Tamimi dibebaskan. "Saya melihat kami sedang memulai titik balik dalam sejarah kami, untuk menghadapi penjajah dan kolonisasi dengan cara yang berbeda. Ya, ada harga (yang harus dibayar) tapi generasi Ahed ini mewakili generasi penerus," ujar Bassem.

Yaakov Amidror, mantan penasihat keamanan nasional untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, tidak percaya persidangan Tamimi akan memperburuk citra Israel. Namun ia mengakui, orang-orang yang menentang Israel juga akan menentang persidangan Tamimi.

Jajak pendapat yang dikeluarkan Pew Research Center menunjukkan, generasi muda Amerika kurang mendukung Israel jika dibandingkan dengan generasi tua. Menurut Amidror, kaum muda liberal AS sangat naif dan ia berharap mereka dapat berubah pandangan setelah bertambah tua.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement