Ahad 10 Jun 2018 03:27 WIB

Pejabat Uni Eropa Batalkan Kunjungan ke Israel

Pembatalan dibuat setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak menemui.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Israr Itah
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini
Foto: EPA-EFE/STEPHANIE LECOCQ
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini telah membatalkan kunjungan resminya ke Israel. Pembatalan dibuat setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak menemuinya.

Mogherini awalnya dijadwalkan menghadiri konferensi internasional yang digelar Komite Yahudi-Amerika, sebuah organisasi non-pemerintah pro-Israel. Acara rencananya diselenggarakan pada Senin pekan depan.

Media Israel, dikutip Anadolu Agency, Sabtu (9/6), melaporkan Mogherini telah meminta kantor Netanyahu untuk mengatur pertemuan dengannya. Namun permintaan tersebut tak ditanggapi.

Menurut seorang sumber politik Israel, Netanyahu menolak bertemu Mogherini karena agendanya padat. Namun tersiar pula kabar bahwa Netanyahu enggan menemui Mogherini karena posisi Uni Eropa tak pernah berpihak pada Israel.

Mogherini diketahui cukup vokal menyuarakan penolakannya terhadap keputusan Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Menurutnya, status Yerusalem harus diselesaikan melalui perundingan dan konsensus internasional.

Dalam sebuah pernyataan yang dibuatnya ketika menghadiri KTT Bisnis Eropa di Istana Egmont di Belgia, Mogherini mengatakan Yerusalem harus menjadi ibu kota dari dua negara yang bersengketa, yakni Israel dan Palestina. Atas dasar ini pula Uni Eropa menolak menghadiri acara pembukaan kedutaan AS di Yerusalem pada 14 Mei lalu.

"Tak satu pun dari perwakilan Uni Eropa menghadiri acara pembukaan Kedutaan Besar AS di Yerusalem. Hal-hal semacam ini penting dalam diplomasi," kata Mogherini.

Uni Eropa meyakini solusi dua negara merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik Palestina dengan Israel. Dengan solusi tersebut, Palestian dan Israel dapat menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota bersama. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement