Sabtu 22 Jul 2017 13:40 WIB

Sejarah Hari Ini: Kematian Dua Putra Saddam Hussein Dirayakan

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Saddam Husein (tengah) bersama putranya Uday (kiri) dan Qusay.
Foto: The New York Times
Saddam Husein (tengah) bersama putranya Uday (kiri) dan Qusay.

REPUBLIKA.CO.ID, Mantan putra diktator Irak Saddam Hussein, Qusay dan Uday Hussein, tewas dalam baku tembak yang terjadi selama tiga jam dengan pasukan AS di Kota Mosul, Irak utara, pada 22 Juli 2003. Kedua pria ini dipercaya memiliki sifat yang lebih kejam dari ayahnya dan kematian mereka dirayakan oleh banyak warga Irak.

Dilansir dari History, Uday dan Qusay berusia 39 dan 37 tahun saat mereka meninggal. Keduanya dilaporkan telah mengumpulkan banyak uang dari hasil penyelundupan minyak ilegal.
Uday Hussein, sebagai anak sulung Saddam, akan secara otomatis menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin. Namun, Saddam tampaknya merasa keberatan karena kurangnya disiplin dan gaya hidup boros Uday, yang memiliki ratusan mobil pribadi.
Uday pernah memukuli dan menikam salah satu pembantu favorit Saddam hingga tewas, pada sebuah pesta 1988. Atas insiden itu, Saddam sempat memenjarakan dan memukuli Uday.
Saat Saddam mulai mendukung putra keduanya Qusay, Uday justru semakin dikenal di Irak karena kekejamannya. Uday sering memukul dan menyiksa para pelayannya dan orang lain yang tidak senang padanya. Dia juga diketahui telah menghabiskan waktu mempelajari alat penyiksaan dan metode baru untuk memperbaiki tekniknya.
Uday bahkan memperlakukan teman-temannya dengan buruk. Dia memaksa beberapa orang untuk minum alkohol murni semata-mata hanya untuk membuatnya gembira. Uday juga memiliki hasrat seksual yang tak terkendali, tidur dengan beberapa wanita.
Uday menjalani beberapa pekerjaan selama rezim ayahnya berlangsung, salah satunya memimpin Komite Olimpiade Irak. Dalam posisi itu, ia diketahui sering memukuli atlet yang ia rasa tidak mampu memenuhi harapan. Dia juga pernah menjabat sebagai kepala Fedayeen Saddam, salah satu kelompok keamanan ayahnya.
Pada 1996, Uday ditembak saat sedang mengemudi mobilnya. Meski tidak pernah terbukti, ia berspekulasi saudaranya Qusay berada di balik upaya pembunuhan tersebut.
Insiden ini menyebabkan Uday harus menderita stroke dan menyimpan peluru yang bersarang di tulang punggungnya. Kelemahan yang dia alami setelah penembakan tersebut mungkin juga telah menambah keraguan ayahnya untuk menjadikan Uday sebagai penerusnya.
Di saat yang sama, Qusay mendapat kepercayaan Saddam. Namun Qusay sering dianggap kurang sadis dibanding kakaknya, meski ia masih menjadi pembunuh dingin dan kejam yang banyak ditakuti di seluruh negeri.
Qusay memuji ayahnya dan bekerja keras untuk membuatnya terkesan. Setelah dia membuktikan diri dengan secara brutal menekan pemberontakan Syiah yang terjadi setelah Perang Teluk 1991, Saddam menghadiahi Qusay dengan jabatan yang lebih bertanggung jawab.
Pada saat itu, telah jelas Qusay telah menggantikan saudaranya sebagai pewaris Saddam. Akan tetapi, Qusay terbukti menjadi pemimpin yang tidak efektif, suka menunjukkan rasa takut, dan sering menebak-nebak keputusannya sendiri.
Setelah invasi AS, kedua bersaudara itu bersembunyi dan pemerintah AS menjanjikan hadiah sebesar 15 juta dolar AS bagi siapa pun yang bisa memberi tahu lokasi keduanya. Pasukan Khusus AS kemudian menemukan tempat tinggal mereka dan langsung memberondong tembakan.
Setelah memasuki rumah, pasukan AS menemukan mayat kedua bersaudara tersebut, dan juga anak laki-laki Qusay yang berusia 14 tahun. Mereka dimakamkan di sebuah pemakaman dekat kota Tikrit, tempat kelahiran ayah mereka.
Pemerintah AS mendapat kritik karena merilis gambar mayat Uday dan Qusay. Namun AS menegaskan, langkah tersebut diperlukan untuk meyakinkan orang-orang Irak saudara laki-laki yang telah lama ditakuti mereka kini benar-benar telah meninggal.
Lima bulan kemudian, pada 13 Desember 2003, Saddam Hussein yang juga bersembunyi setelah invasi AS, berhasil ditemukan dan ditangkap hidup-hidup oleh pasukan Amerika. Pengadilannya dimulai pada Oktober 2005.
Pada 5 November 2006, dia dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan dijatuhi hukuman mati dengan digantung. Setelah mengajukan banding yang tidak berhasil, Hussein dieksekusi pada 30 Desember 2006.
Selanjutnya: Kartunis Palestina Ditembak di London

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement