Senin 18 Jun 2012 00:07 WIB

Media Israel: AS Ancang-ancang Serang Suriah

Bangunan rusak dan hancur akibat diserang militer Suriah
Foto: Reuters
Bangunan rusak dan hancur akibat diserang militer Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, Sumber-sumber resmi di Amerika Srikat (AS) menyatakan bahwa negeri paman Sam tersebut tengah mengambil posisi untuk merencanakan intervensi militer ke Suriah. Karena itu, persoalannya sekarang hanyalah tinggal waktu.

Demikian diungkapkan situs DEBKAfile Israel, seperti dikutip Fars News Agency, Ahad (17/6). Situs yang diyakini memiliki hubungan dekat dengan badan intelijen Israel itu mengutip keterangan sebuah sumber yang menolak menyebutkan namanya Sabtu (16/6).

"Intervensi akan terjadi. Ini bukan lagi tentang 'jika' melainkan 'kapan'," katanya seraya menegaskan.

Dalam laporan itu disebutkan bahwa saat ini sebuah delegasi dari kelompok militan anti-pemerintah Suriah berada di Washington untuk membicarakan senjata berat untuk mereka dari pemerintah AS.

Saat pertemuan dengan Duta Besar AS untuk Suriah, Robert Ford dan pakar Suriah di Departemen Luar Negeri AS, Fred Hof, pemimpin delegasi itu menyerahkan semacam dua daftar untuk disetujui AS. Di mana daftar tersebut memuat berbagai jenis senjata berat dalam menghadapi angkatan bersenjata Presiden Suriah Bashar al-Assad dan penentuan targt yang akan diserang guna menggulingkan pemerintah Suriah.

Sumber itu menambahkan bahwa sebagian besar senjata telah dibeli Arab Saudi dan Qatar dan siap untuk dikirim.

Sebelumnya, kepala misi pengawas PBB di Suriah, Mayor Jenderal Robert Mood, menyatakan bahwa tim pengawas "menangguhkan kegiatannya" di Suriah menyusul eskalasi kekerasan bersenjata. "Telah terjadi peningkatan aksi kekerasan bersenjata di Suriah dalam 10 hari terakhir," tuturnya.

Prakarsa damai enam poin oleh utusan khusus PBB-Liga Arab, Kofi Annan, efektif berlaku mulai pertengahan April yang menyerukan gencatan senjata antara pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata.

Selain itu juga ditekankan agar tim bantuan kemanusiaan harus diizinkan mengakses wilayah yang dilanda instabilitas untuk menyalurkan bantuan kepada warga, pembebasan para tahanan, dan pelaksanaan dialog.

Kerusuhan di Suriah dimulai pada Maret 2011, menyusul demonstrasi yang digelar baik kelompok pro maupun anti-pemerintah Assad.

Barat dan oposisi Suriah menuding pemerintah membunuh para demonstran, namun Damaskus balik menuding kelompok teroris dan geng bersenjata mendalangi kerusuhan berdarah yang disetir dari luar negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement