Selasa 07 Aug 2012 15:33 WIB

Kawan Assad: Teman Sekelasku Penjahat Perang (II)

Bashar al-Assad
Foto: Reuters
Bashar al-Assad

REPUBLIKA.CO.ID, Ini adalah Ramadhan yang dianggap sulit bagi Sahloul dan rekan-rekannya warga Suriah di Amerika. "Sulit merayakan Ramadhan ketika anda memiliki keluarga dan kerabat yang saat ini berada di bawah ancaman kematian kapan saja," ujarnya. "Saat ini benar-benar situasi kemanusiaan yang kritis," ujarnya.

Dua pekan lalu, Sahloul kembali dari misi kedokteran keempat untuk membantu pengungsi Suriah di kam-kamp di Kilis, Turki. Di sana, ia bekerja bersama 45 dokter Suriah Amerika yang bersukarela merotasi diri di beberapa kamp pengungsian. Bahkan ada sejumlah keluarga yang sudah menjadi korban kekerasan yang terus berlangsung di Suriag.

Chicago ialah kota tempat tinggal sedikitnya delapan dokter yang dulu menjadi teman Sahloul. Selain Sahloul ada pula dokter Hassan Alzein, seorang dokter tumbuh kembang yang seangkatan dengan Assad. Seperti Sahloul, Alzein tak menganggap Assad istimewa.

"Saat itu kami mencoba menghindarinya," ujar Alzein. "Ayahnya ialah seorang diktator barbar dan kami selalu berkata bila kita terlalu dekat dengannya, suatu hari nanti kita akan ditarget oleh rezimnya," kata Alzein.

Salah satu warga Chicago yang pernah dekat dengan Assad, ialah Maher Basatneh. Ia berasal dari Damaskus. Pebisnis Chicago ini menyatakan pertama kali berteman dengan presiden masa depan Suriah itu pada 1980 ketika remaja di perkemahan skydiving.

"Ia sangat ramah," ujar Basatneh membicarakan Assad. "Ia makan bersama kami dan berbicara seperti halnya teman biasa. Ia tak tahu apa pun mengenai politik," ujarnya.

Keduanya menjadi teman dan sering bepergian bersama. Beberapa kali Basatneh berkunjung ke kediaman Assad. Di sana, ia sering menyaksikan adiknya Maher al-Assad mengejek kakaknya Bashar, dan menyebutnya, 'bodoh'.

Kemudian, Basatneh mendaftarkan diri di sekolah kedokteran bersama Assad. Basatneh juga mendukung Assad untuk menjadi pemimpin dewan mahasiswa. Namun Basatneh yang akhirnya rontok dari kuliah kedokteran tidak pernah meyakini Assad memiliki kemampuan untuk memimpin Suriah. Ia bahkan menggambarkan Assad sebagai remaja aneh dengan sikap yang kerap berubah.

"Saya mengenal pria ini selama bertahun-tahun dan posisi presiden bukan untuknya," ujar Basatneh. Ia pun tak akan mempercayakan hidupnya kepada Assad sebagai dokter. Basatneh menyebut Assad bukanlah mahasiswa kedokteran yang serius dan hanya lulus karena ia putra presiden.

Kematian kakak sulung Assad, Bassel, yang ditangisi pilu oleh presiden dan kemudian meninggalkan Hafez, ayahnya, menjadikan Bashar naik ke tampuk kepemimpinan negara. Basatneh menyebut Assad tidak siap, dan krisis yang terjadi di Suriah saat ini adalah hasil kegagalan kepemimpinannya.

sumber : Aljazirah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement