Kamis 06 Dec 2012 10:25 WIB

Nilai Mata Uang Suriah Merosot

Rep: Antara/ Xinhua-OANA/ Red: Djibril Muhammad
Mata Uang Suriah
Foto: tofocus.info
Mata Uang Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS - Kekhawatiran telah meningkat di kalangan rakyat biasa Suriah mengenai gelombang baru biaya hidup yang tinggi, setelah depresiasi besar terhadap pound Suriah, sesudah nilai mata uang itu stabil selama beberapa bulan.

Pound Suriah secara drastis telah terperosok selama dua hari belakangan dan pada Rabu (5/12) diperdagangkan di pasar gelap dengan harga 93 pound per satu dolar AS, dari sekitar 70 pound terhadap dolar AS dua pekan sebelumnya.

Para ahli ekonomi mengatakan angka itu sangat mengganggu dan menjadi petunjuk serius yang mesti segera ditangani. Mereka mendesak pemerintah agar mengucurkan banyak mata uang ke pasar sebagai bagian dari kebijakan intervensi yang telah didukungnya sejak awal krisis sekitar satu setengah tahun lalu.

Perubahan dalam nilai tukar pound dapat sangat mempengaruhi pasar, sementara sebagian pedagang mungkin memilih untuk menaikkan harga dagangan mereka, kata banyak ahli ekonomi.

Satu pekan sebelumnya, Bank Sentral Suriah (CBS) mengeluarkan keputusan yang menetapkan perdagangan dolar bagi tujuan pribadi mesti dilakukan secara eksklusif melalui Bank Komersial Suriah. Tindakan itu menyediakan penjualan kepada warga sebanyak 5.000 dolar per bulan dalam kerangka kerja memenuhi tuntutan akan mata uang asing.

Namun, keputusan tersebut telah menjadi bumerang, sebab telah mendorong nilah tukar dolar di Bank Komersial jadi 87,10 pound per dolar, naik sebanyak 1-sampai-78 dari satu pekan sebelumnya. Nilai tukar dolar di pasar gelap juga melesat, kata Xinhua.

Bank Sentral berjanji akan mengintervensi pasar sekali lagi dan mengembalikan nilai tukar ke kondisi normal. Pada Rabu, Gubernur Bank Sentral Adib Mayala mengatakan bank itu memutuskan untuk menjual mata uang asing, tanpa batas, ke lembaga pertukaran sesuai dengan harga pasar paralel guna menutup kebutuhan akan mata uang asing.

Selama pertemuan dengan perusahaan pertukaran mata uang berizin, Mayala menegaskan tekad Bank Sentral untuk melanjutkan proses intervensi dan menjual mata uang asing yang diperlukan ke pasar guna memulihkan harga pound Suriah ke nilai tukar normalnya.

Sementara itu, kekhawatiran rakyat Suriah telah meningkat sebab mereka tidak bisa lagi mempertahankan gaya hidup mereka dan menutup biaya hidup yang terus naik.

Dengan depresiasi tajam nilai tukar pound Suriah, rata-rata pengeluaran rumah tangga diperkirakan akan naik jauh sementara rata-rata keluarga akan memerlukan pengeluaran tambahan 20 ribu pound untuk mempertahankan standard hidup yang mereka hadapi sebelum krisis.

Biaya hidup di Suriah telah menjadi sangat tinggi, dengan nilai inflasi saat ini sebesar 39 persen, jumlah yang jauh lebih besar daripada rata-rata penghasilan pekerja.

Banyak ahli ekonomi mengatakan keluarga di Suriah harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk kebutuhan dasar seperti makanan, sewa rumah dan perawatan kesehatan.

Bagi banyak keluarga dengan penghasilan pas-pasan, rasa sakit mereka tetap terasa karena pengeluaran mereka terus naik, jauh lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan penghasilan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement