Jumat 21 Nov 2014 09:20 WIB

Pemuka Agama di Timur Tengah Umumkan Deklarasi Wina

Rep: C14/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kelompok bersenjata ISIS.
Foto: AP
Kelompok bersenjata ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, VIENNA -- Sejumlah pemuka agama dari komunitas Sunni, Syiah, Kristen, dan Yazidi wilayah Timur Tengah diundang untuk sebuah kongres internasional di Wina, Austria, pada Kamis (20/11). Mereka mencanangkan Deklarasi Vienna, yang mengecam segala bentuk kekerasan atas nama agama.

Adapun kongres tersebut diselenggarakan oleh KAICIID (Pusat Dialog Antar-agama dan Antar-budaya Raja Abdullah), sebuah lembaga internasional yang dibentuk Arab Saudi.  Para pemuka agama tersebut menyeru kepada dunia internasional agar melindungi keragaman agama dan budaya di Timur Tengah, khususnya Irak dan Suriah.

Sebab, kedua wilayah itu dewasa ini sedang bergejolak perang. Mereka juga menolak segala legitimasi dari kelompok-kelompok pro-kekerasan yang mengatasnamakan agama, semisal ISIS. Bagi mereka, ISIS sama sekali tidak mencerminkan ajaran agama Islam.

Para peserta kongres ini juga mengutuk keras pelanggaran berat atas hak asasi manusia di Irak dan Suriah. Terutama, kekerasan yang menimpa kalangan umat Kristen, Yazidi, dan berbagai agama minoritas lainnya di kedua negara tersebut.

Selain itu, mereka menegaskan pentingnya semua pihak untuk diperlakukan secara terhormat dan penuh rasa kemanusiaan. Hal ini dilakukan tanpa perlu memandang status agama. Deklarasi Vienna juga menolak dukungan apa pun terhadap aksi terorisme.

"Di Irak dan Suriah, ajaran agama telah dimanipulasi sedemikian rupa sehingga berdampak buruk bagi kemanusian. Bagaimanapun, harapan masih ada. Salah satu tujuan Deklarasi Vienna adalah mewujudkan harapan itu," kata Sekretaris Jenderal KAICIID, Faisal bin Muaammar, seperti dilansir media Austria, the Local.

Faisal menuturkan, kongres yang diadakan KAICIID ini bertujuan untuk mempromosikan dialog antar-umat beragama dan perdamaian dunia. Dia juga menegaskan pentingnya keterlibatan para pemuka agama di Timur Tengah. Sebab, menurutnya, semua agama pada intinya mengajarkan perdamaian.

Maka, kata Faisal, tindakan ISIS serta kelompok ekstremis keagamaan lainnya tidak dapat dibenarkan karena tak sesuai dengan ajakan perdamaian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement