Kamis 27 Nov 2014 01:11 WIB

ISIS Dapat Uang Tebusan 45 Juta Dolar

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Winda Destiana Putri
Kelompok Militan ISIS
Foto: AP
Kelompok Militan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Kelompok ISIS yang berusaha menguasai Suriah dan Irak telah menerima 35-45 juta dollar Amerika untuk pembayarn uang tebusan tahun lalu.

Dilansir dari Iraqinews, Kamis (27/11) temuan ini diungkapkan oleh Anggota Komite Kontra Terorisme Dewan Keamanan PBB Justina Lali. Menurutnya penculikan yang dilakukan ISIS dilakukan karena mengharapkan tebusan.

Mereka menerima uang tebusan sebanyak 120 juta dolar sejak tahun 2004 hingga 2012. Lali menjelaskan beberapa tahun terakhir Alqaeda dan kelompok sejenisnya menggunakan penculikan sebagai usaha yang paling mudah untuk mendapatkan penghasilan.

Selain ISIS, dia juga menemukan kelompok Al Qaeda menerima 20 juta dollar Amerika sebagai uang tebusan ketika melakukan penculikan di Yaman. Uang tersebut diterima sejak tahun 2011 hingga 2013.

Mereka juga mendapatkan 75 juta dollar Amerika di Afrika Utara selama empat tahun terakhir. Lali memiliki rekaman bukti permintaan uang tebusan tersebut. Pada Oktober 2012 pemimpin Al Qaeda Ayman al Zawahri dalam rekaman terbukti menghasut kelompok militan di seluruh dunia untuk menculik orang-orang barat.

Selain al Qaeda, Boko Haram di Nigeria dan al Shabab di Somalia juga telah mengumpulkan jutaan dolar selama beberapa tahun terakhir.  "Kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina telah menerima sekitar 1,5 juta dollar Amerika sebagai uang tebusan," ujar dia.

Menurut Komite Sanksi Alqaidah media banyak yang memberitakaan uang tebusan dilakukan untuk sandera internasional.

Tetapi faktanya sebagian besar korban yang diculik adalah warga negara sendiri. Pekan lalu, Presiden Barack Obama memerintahkan untuk meninjau sejauhmana Amerika merespon ketika warga negaranya disandera diluar negeri.

Ini dilakukan mengingat pemenggalan orang Amerika oleh militan ISIS. Obama bersikukuh tidak akan mengubah kebijakan lama AS terkait pembayaran uang tebusan.

Banyak negara yang melakukan pembayaran uang tebusan. Sehingga keluarga korban yang tewas mengeluhkan kebijakan AS yang tidak mengambil tindakan yang cepat untuk menyelamatkan orang yang mereka cintai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement