Kamis 18 Dec 2014 04:20 WIB

Duka Bercampur Marah Selimuti Pemakaman Korban di Peshawar

Rep: C97/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pakistani civil society members take part in a candle light vigil for the victims of a school attacked by the Taliban in Peshawar, Tuesday, Dec. 16, 2014 in Islamabad, Pakistan.
Foto: AP/Anjum Raveed
Pakistani civil society members take part in a candle light vigil for the victims of a school attacked by the Taliban in Peshawar, Tuesday, Dec. 16, 2014 in Islamabad, Pakistan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebanyak 132 siswa korban pembantaian oleh militan Taliban di Pakistan dikuburkan pada Rabu 17 Desember. Serangan tersebut sungguh mengerikan dan menimbulkan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga korban, namun juga bagi masyarakat Pakistan secara nasional.

Orang di seluruh negeri menyalakan lilin untuk menunjukkan rasa duka. Para orang tua dengan kesedihan luar biasa akhirnya harus mengucapkan selamat tinggal pada anak-anak mereka dalam pemakaman tersebut. Pemakaman dilakukan secara massal di Peshawar, kota tempat pembantaian terjadi.

Duka bercampur kemarahan tampak terlihat. Warga menyalahkan pemerintah yang selama ini dianggap tidak acuh terhadap kekerasan yang sering dilakukan oleh ekstremis. Padahal seharusnya negara menjadi tempat berlindung yang aman bagi warganya.

Fatimah Khan (38) salah satu ibu korban terlihat sangat terpukul. Ia mengatakan, “Saya tidak punya kata-kata untuk menggambarkan rasa sakit dan kesedihan saya. Mereka membantai anak-anak bagai binatang,” kata dia seperti dikutip Reuters.

Naba Mehdi (16) pelajar sekolah ketentaraan yang ikut dalam pemakaman, menunjukkan kebenciannya terhadap Taliban. Ia menyampaikan ketidaktakutannya pada Tentara kejam itu. " Kami masih belajar dan berjuang bagi kebebasan kita. Ini adalah perang kita", katanya.

Ketika ditanya apa yang harus dilakukan pemerintah Pakistan, ibu Naba menyela, "Menggantung mereka. Gantung mereka semua tanpa ampun"

Menanggapi keluhan publik terhadap peristiwa paling mengerikan itu, Perdana Menteri Nawaz Sharif mengumumkan bahwa ia telah mengeluarkan kebijakan moratorium hukuman mati. Ia sedang fokus pada Kepala Angkatan Darat yang sedang berkunjung ke Afganistan.

Kunjungan tersebut ditujukan untuk kerjasama menghadapi militan yang bersembunyi di perbatasan ke dua negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement