Jumat 26 Dec 2014 20:45 WIB

Cuaca Dingin Serang Pengungsi Suriah di Lebanon

Pengungsi Suriah
Foto: AP
Pengungsi Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, KAMP, ALSAAYEDH, LEBANON -- Keluarga Abu Ali yang mengenakan selimut di dalam tenda termasuk di antara ribuan pengungsi Suriah yang berjuang melawan suhu udara dingin dan hujan di satu kamp pengungsi Lebanon.

Abu Ali, 60 tahun, memang sekarang relatif aman setelah menyelamatkan diri dari ancaman para militan kelompok ISIS di Provinsi Raqa, di bagian utara Suriah. Hanya saja ia tengah dilanda risau.  Pasalnya di antara 14 anaknya sudah terkena batuk berat.

Mereka berlindung di satu kamp tak resmi di Al-Saadiyeh, satu desa di Lembah Bekaa, di bagian timur Lebanon. Puluhan ribu pengungsi Suriah tak memiliki perlengkapan memadai untuk mengatasi dingin. "Ini musim dingin pertama kami di sini. Kami sungguh tak menyangka begitu dingin," ujar Abu Ali.

"Kami tak punya sobia, tak punya apa-apa sebagai alat pemanas," kata dia, merujuk kepada diesel tradisional di Timur Tengah atau kompor berbahan bakar kayu. Keluarga pengungsi yang lebih beruntung memiliki Sobia dari lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan atau beli dengan tabungan mereka.

"Kami hanya punya selimut dan kasih sayang Tuhan," kata Abu Ali yang mengenakan penutup kepala khas kafiyeh dan pakaian tradisional ala Badui.

Tenda kecil yang ditempati keluarganya terbuat dari bahan-bahan dari plastik putih dan potongan-potongan kayu, dan hanya beralas bahan dari jerami.

Lampu yang berbatere satu tergantung di tenda itu, jadi untuk menghindari kegelapan, anak-anak Abu Ali bermain di luar walau hujan dan dingin.

"Saya merasakan dingin sepanjang waktu tapi tak ada yang saya dapat lakukan untuk membuat saya sendiri hangat, jadi kami bermain," ujar Hammudi, 12 tahun, yang bermata hijau. Ia mengenakan sandal plastik kemana-mana. Kakinya berlumur lumpur.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan lebih setengah dari 1,1 juta pengungsi Suriah di Libanon tinggal di kamp yang tak sesuai standar. Keluarga Abu Ali termasuk di antara 17 persen dari keseluruhan pengungsi yang tinggal di kamp-kamp informal, membuat mereka rentan di saat musim dingin.

Komisaris Tinggi PBB mengatakan lembaga-lembaga kemanusiaan telah menyediakan 400.000 orang dengan kartu-kartu untuk memperoleh bahan bakar atau uang tunai selama November dan Desember, tapi keterbatasan dana membuat banyak pengungsi hidup "dalam cuaca dingin dan kondisi-kondisi yang serba kekurangan".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement