Kamis 29 Jan 2015 17:12 WIB

Mesir Boikot Pertemuan Uni Afrika

Rep: Gita Amanda/ Red: Julkifli Marbun
Abdel Fattah al-Sisi
Foto: EPA/Khaled Elfiqi
Abdel Fattah al-Sisi

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir dan Libya menyatakan, akan memboikot pertemuan kedua para menteri luar negeri Uni Afrika (UA) di Addis Ababa. Hal tersebut dilakukan setelah Uni Afrika mengundang Turki dan Qatar turut serta menghadiri pertemuan yang rencananya akan fokus pada masalah Libya.

Kantor berita MENA melaporkan, baik Kairo maupun Tripoli mengaku tak akan hadir dalam pertemuan Grup Kontak Internasional untuk Libya (ICG-L). Ketidakhadiran kedua negara itu, untuk menolak keputusan Uni Afrika mengundang pihak lain tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan negara-negara anggota.

Selama ini hubungan Mesir dengan Turki dan negara-negara Teluk Arab seperti Qatar memanas sejak penggulingan Presiden Muhammad Mursi. Turki dan Qatar merupakan pendukung kuat Mursi dan Ikhwanul Muslimin. Sejak itu, Turki kerap melontarkan kritikan keras pada otoritas baru Mesir. Mereka menyebut penggulingan Mursi sebagai kudeta yang tak dapat diterima.

Dilansir dari Middle East Monitor sumber diplomatik Afrika mengatakan pada Anadolu, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry sangat menentang kehadiran Turki dan Qatar untuk pertemuan Libya. Sumber tersebut mengatakan, menlu Mesir menyampaikan pada Kepala Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika Ismail al-Sharqawi bahwa kehadiran Doha dan Ankara tak diperlukan.

"Mesir bisa memboikot pertemuan atau menurunkan tingkat partisipasi para menteri luar negeri," ungkap sumber.

Pejabat Uni Afrika menolak keberatan Mesir, mereka mengatakan Uni Afrika telah mengundang Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Turki dan Kuwait. Semua negara yang diundang tersebut khawatir dengan krisis yang melanda Libya.

Sumber mengatakan, kini Uni Afrika sedang melakukan berbagai upaya untuk meyakinkan Mesir agar mau mengirim menteri luar negerinya ke pertemuan.

Undangan untuk menghadiri pertemuan memang diperluas ke negara-negara tetangga Libya, seperti Mesir, Aljazair, Sudan, Tunisia, Chad, Niger. Pertemuan juga mengundang anggota tetap Dewan Keamanan PBB serta negara-negara berpengaruh, seperti Jerman, Jepang, Italia, Spanyol, Qatar, Turki , Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab.

Sumber yang menolak menyebutkan nama tersebut juga mengatakan bahwa, Menteri Luar Negeri Libya Mohammed Al-Dairi menentang kehadiran Qatar dan Turki. Al-Dairi menuduh kedua negara tersebut mendukung kelompok teroris di negaranya.

Sementara itu dalam pertemuan di Addis Ababa sumber mengatakan, sekelompok pihak yang dipimpin ALjazair menolak internvensi militer internasional dalam penyelesaian krisis Libya. Sementara dua negara lain mendukung intervensi militer untuk mencegah kekerasan meluas ke negara tetangga.

Di Jenewa, PBB juga berencana menggelar pertemuan untuk mencapai solusi krisis Libya. Menanggapi hal itu, Libya menangguhkan partisipasinya dalam pembicaraan Jenewa menyusul serangan yang dilakukan militan yang berafiliasi dengan pemberotak Jenderal Khalifa Hafter.   

ICG-L sendiri merupakan kelompok internasional yang didirikan pada September 2014 oleh Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika. Kelompok ini didirikan dengan tujuan bekerja sama menuju solusi politik demi mengakhiri kekerasan di Libya. Anggota ICG-L terdiri dari perwakilan Libya, negara-negar tetangga Libya, anggota Uni Afrika, DK PBB, Liga Arab, Uni Eropa dan negara-negara Afrika Utara serta Italia dan Spanyol.

MENA sebelumnya mengatakan, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi diharapkan akan hadir dalam KTT Uni Afrika yang akan berlangsung 23-31 Januari pekan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement