Ahad 29 Mar 2015 21:11 WIB

Pemimpin Arab Sepakat Bentuk Pasukan Bersama

Seorang tentara Mesir membaca Al Quran, ketika bertugas menjaga masjid Al Azhar di Kairo, Mesir. (AP)
Seorang tentara Mesir membaca Al Quran, ketika bertugas menjaga masjid Al Azhar di Kairo, Mesir. (AP)

REPUBLIKA.CO.ID,Pemimpin negara Arab menyepakati pembentukan pasukan bersama untuk mengatasi ancaman keamanan kawasan --dari Yaman sampai Libya-- pada pertemuan puncak di Mesir, Ahad (29/3).

Kesepakatan tersebut tercapai di tengah perseteruan dua kekuatan besar di Timur Tengah, yaitu Arab Saudi dengan Iran, dalam perang saudara di Yaman.

Meski demikian, rincian mekanisme dan logistik untuk pasukan bersama usulan Presiden Mesir Abdul Fattah as-Sisi itu membutuhkan waktu beberapa bulan.

Negara Arab pernah mengupayakan hal serupa namun gagal di tengah jalan karena perpecahan aliran di kawasan itu. Ancaman keamanan di Timur Tengah dikenal rumit, sehingga tidak mudah membentuk pasukan bersama.

Di sejumlah negara seperti Yaman, Libya, dan Suriah, perang saudara masih terus berlangsung. Sementara Mesir, sebagai negara Arab dengan populasi terbanyak, harus menghadapi pemberontakan kelompok garis keras.

Di sisi lain, ancaman keamanan juga muncul dari kelompok Daulah Islam atau dikenal dengan nama ISIS yang saat ini menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah. Selain itu, upaya Amerika Serikat untuk merundingkan kesepakatan nuklir dengan Iran telah memunculkan kekhawatiran di kalangan negara-negara seteru kawasan seperti Arab Saudi akan potensi semakin besarnya pengaruh Tehran.

Pada Ahad, pernyataan bersama hasil pertemuan puncak di Mesir mendesak negara anggota untuk "berkoordinasi dalam upaya pembentukan pasukan bersama Arab" untuk mengintervensi konflik di negara seperti Yaman.

Keputusan itu muncul setelah Arab Saudi berhasil menyatukan 10 negara untuk berkoalisi menumpas gerakan gerilyawan Houthi yang saat ini telah menguasai ibu kota Yaman, Sanaa.

Pemimpin negara-negara Arab menyatakan bahwa operasi militer di Yaman akan terus dilakukan sampai kelompok Houthi--yang didukung oleh Iran--mundur dan menyerahkan senjatanya.

Operasi militer Arab Saudi di Yaman telah menjadi perang tidak langsung antara Riyadh dengan Iran. Perseteruan itu berpotensi memancing konflik sektarian Sunni-Syiah.

Sementara itu, Sisi --sebagai tokoh di balik pembentukan pasukan bersama-- mengatakan bahwa dunia Arab tengah menghadapi tantangan yang berat.

Menurut dia, pasukan bersama itu akan dipimpin oleh para komandan militer negara anggota, demikian dilaporkan Reuters.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement