Selasa 26 May 2015 13:00 WIB

Iran Berharap Sanksi Internasional Segera Dicabut

Bendera Iran  (ilustrasi)
Foto: politico.ie
Bendera Iran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Wakil menteri perminyakan Iran mengatakan, dirinya berharap seluruh sanksi internasional dicabut pada akhir tahun ini jika kesepakatan nuklir dicapai bersama kekuatan-kekuatan dunia pada 30 Juni.

Wakil menteri perminyakan Amirhossein Zamani-Nia juga mengatakan kepada kantor berita Shana milik kementerian perminyakan bahwa pencabutan sanksi bisa membantu sektor minyak dan gas Iran menarik miliaran dolar penanaman modal asing.

"Struktur sanksi-sanksi sedang dihancurkan sedikit demi sedikit dan kita bisa berharap seluruh sanksi dicabut menjelang bulan Azar, ujarnya. Di Iran, bulan Azar yang dimaksud itu jatuh antara 22 November dan 21 Desember.

"Kalau sanksi-sanksi dicabut, Iran akan menjadi titik utama proyek-proyek minyak dan gas," kata Zamani-Nia.

Kementerian perminyakan sendiri juga telah memperhitungkan untuk menyuntikkan dana 200 miliar dolar AS setara dengan Rp 263,6 triliun pada sektor energi untuk enam tahun ke depan.

"Tingkat penanaman modal setinggi itu akan sangat menarik bagi perusahaan-perusahaan asing," tambahnya.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengesahkan enam resolusi yang menentang program-program nuklir dan peluru kendali Iran antara 2006 dan 2010. Empat resolusi di antaranya memuat ketentuan penerapan sanksi bagi Iran.

Sejak 2012, Amerika Serikat dan Uni Eropa juga telah mengajukan serangkaian sanksi sepihak, yang secara khusus mengincar sektor energi dan perbankan Iran.

Pada awal April, Teheran dan enam negara kuat dunia mencapai kesepakatan kerangka, yang ditujukan untuk membuka jalan bagi proses pencapaian perjanjian nuklir final pada akhir Juni.

Kesepakatan ditujukan untuk mencegah Iran mengembangkan persenjataan nuklir sebagai imbalan atas pengurangan sanksi-sanksi.

Amerika Serikat, salah satu dari enam kekuatan dunia yang berunding dengan Iran, mengatakan sanksi-sanksi akan dicabut secara bertahap jika kesepakatan dijalankan.

Lima negara lainnya yang bersama AS berunding dengan Iran adalah Inggris, Cina, Prancis, Rusia dan Jerman. Namun, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Iran tidak akan menandatangani kesepakatan final apa pun kecuali semua sanksi, yang telah memukul perekonomian negaranya, dicabut pada hari perjanjian ditandatangani.

Para ahli politik dan teknis dari kedua belah pihak pada Jumat di Wina melangsungkan perundingan soal penyusunan isi perjanjian. Perundingan dijadwalkan akan diteruskan pada Selasa (26/5) ini di ibu kota negara Austria itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement