REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu menolak seruan Pemimpin Partai Rakyat Demokratik pro-Kurdi (HDP) Selahattin Demirtas, untuk melanjutkan proses perdamaian dengan Kurdi.
Menurut Davutoglu, perdamaian tak akan terjadi hingga partai tersebut menjauhkan diri dari pemberontak dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) menarik diri dan pejuang bersenjatanya dari wilayah Turki.
"Kami akan menanggapi panggilan mereka (untuk berdamai) di hari di mana mereka bisa mengutuk terorisme PKK seperti mereka mengutuk terorisme DAESH," kata Davutoglu yang menggunakan istilah bahasa Arab untuk menyebut kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Dilansir Al Arabiya, selama ini Turki dan sekutu Baratnya menyebut PKK sebagai organisasi teroris. Sejak 2012, Turki telah bernegosiasi dengan pemimpin kelompok yang di penjara untuk penyelesaian damai konflik 30 tahun antara Turki dan Kurdi.
"Sampai mereka melakukan itu, mereka tetap bersalah di mata kami dan di mata orang-orang," ujar Davutoglu.
Sebelumnya pemimpin oposisi HDP Demirtas meminta kekerasan antara Turki dan Kurdi dihentikan. Ia menyerukan semua pihak bertikai untuk bertindak dengan akal sehat. "Permusuhan harus segera dihentikan," kata Demirtas kepada wartawan pada Rabu (29/7).
Dalam perkembangan terpisah hari Rabu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki Tanju Bilgic mengatakan bahwa kesepakatan yang memungkinkan koalisi pimpinan Amerika Serika meluncurkan serangan udara terhadap ISIS dari Incirlik dan basis Turki lainnya telah disetujui oleh Kabinet.
Sementara itu, kekerasan terbaru antara Turki dan Kurdi pecah di sebuah kedai teh di tenggara Turki. Dilaporkan pasukan Kurdi melancarkan serangan ke kedai tersebut dan menewaskan seorang perwira polisi serta warga sipil.
Kantor berita Turki Anadolu melaporkan, PKK melepaskan tembakan ke kedai teh tersebut dari sebuah mobil yang melaju kencang dari arah Diyarbakir pada Rabu malam. Kedua korban tewas saat sampai di rumah sakit.