Rabu 25 Nov 2015 08:55 WIB

Situasi Memanas, Rusia dan Turki Diminta Menahan Diri

Rep: Gita Amanda/ Red: Teguh Firmansyah
Pesawat Rusia yang ditembak jatuh Turki, Selasa (24/11).
Foto: BBC News
Pesawat Rusia yang ditembak jatuh Turki, Selasa (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri Australia, Rabu (25/11), menyerukan Rusia dan Turki untuk menahan diri pascainsiden penembakan pesawat Rusia oleh Turki. Malcolm Turnbull juga menyatakan insiden ini membuat Australia lebih cermat dalam keselamatan pilotnya di wilayah udara Suriah.

 "Ini masalah yang menarik perhatian besar. Kami menyerukan semua pihak menahan diri sehubungan dengan insiden ini," ujar Turnbull kepada wartawan.

Enam pesawat tempur F/A-18A Hornet milik Austrlia menjadi bagian dari koalisi anti-ISIS pimpinan Amerika Serikat di Irak dan Suriah.

Turnbull mengatakan ada nota kesepahaman antara pasukan koalisi AS dan Rusia terkait aturan operasi di Suriah. Hal ini untuk menghindari insiden seperti yang terjadi di Turki, baru-baru ini.

"Kami menaruh perhatian besar dengan hal ini dan tentu saja terkait keselamatan personel kami. Hal ini penting bagi semua pihak dalam konflik yang semakin kompleks untuk meningkatkan kesadaran setelah aset militer masing-masing pihak dikerahkan," ujarnya.

Turnbull mengatakan, ini merupakan momentum kuat untuk menemukan resolusi politik untuk konflik di Suriah. Turki menembak jatuh pesawat Rusia, kemarin.

Ankara mengatakan, pesawat Rusia telah melanggar perbatasan mereka. Jet Tempur F16 Turki telah memperingatkan berulang kali agar pesawat SU-24 Rusia menyingkir. Tapi, hal itu tidak digubris.

Rusia telah menggelar operasi udara di Suriah sejak akhir September lalu. Mereka mengaku menggelar operasi militer untuk menghancurkan ISIS.

Rusia dan Turki memiliki pandangan politik berbeda mengenai keberadaan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Rusia ingin terus mempertahankan Assad, sebaliknya Turki ingin agar Assad turun.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement