Senin 30 May 2016 09:25 WIB

Harga Pangan di Daerah Konflik Meroket Jelang Ramadhan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ilham
 Kondisi warga yang terdampak perang Suriah.
Foto: dok. Rumah Zakat
Kondisi warga yang terdampak perang Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Sebuah video yang menunjukkan situasi di pasar di Damaskus menjadi perbincangan. Meski video berlangsung kurang dari satu menit dan tidak memiliki komentar atau ucapan, telah ditonton lebih dari 200 ribu kali dalam empat hari setelah diunggah di media sosial.

Video tersebut menunjukkan masalah lain di negeri Suriah selain berbagai serangan mematikan perang saudara yang terjadi. Video tersebut menunjukkan naiknya harga buah, sayuran dan produk lainnya yang memunculkan reaksi sedih dan komentar marah di bawah kolom komentar. Ini bukan satu-satunya contoh  penderitaan di media sosial selama harga pangan meroket.

Diberitakan dari laman BBC News, sebuah halaman Facebook propemerintah yang disebut The Dairy of a Mortar Shell in Damascus mencatat grafik perbandingan harga pangan saat ini dengan harga pangan saat Ramadhan tahun lalu.

Grafik, yang telah dibahas dan dibagikan netizen menunjukkan, harga beberapa sayuran saat ini lima kali lebih mahal. Misalnya, satu kilogram lemon dihargai 125 pounds Suriah (SYP) Juni lalu dan melejit menjadi 700 SYP. Padahal, gaji pegawai negeri sipil adalah sekitar 45 dolar AS, setelah devaluasi mata uang yang dramatis pada awal bulan ini.

Tapi setidaknya di Damaksus, makanan mahal mungkin tak lebih menyakitkan daripada di beberapa daerah yang dikuasai pemberontak diblokade rezim Assad. Lembaga bantuan melaporkan, warga sipil telah meninggal karena kelaparan di daerah yang dikepung pemerintah.

Bagi orang-orang yang tinggal di Damaskus, kenaikan harga pangan menjadi perhatian khusus menjelang Ramadhan.

Selama Ramadhan, mayoritas Muslim berpuasa sepanjang hari hingga matahari terbenam. Secara tradisional, kesempatan bulan ini juga memiliki dimensi sosial dengan keluarga dan teman-teman bertukar kunjungan dan mempersiapkan berbagai hidangan untuk tamu.

"Biasanya, kami akan menempatkan kotak permen di atas meja dan menawarkan para tamu untuk mengambil lebih banyak," kata seorang wanita. "Tapi sekarang Anda hanya menawarkan piring dengan satu atau dua permen, itu jika kita berhasil membeli kotak di tempat pertama," lanjut dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement