Jumat 29 Jul 2016 03:31 WIB

Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB Desak DK Buka Akses ke Aleppo

 Pengunjuk rasa yang tergabung dalam Gerakan Solidaritas Muslim (GSM)  berjalan menuju Jalan Merdeka, sebagai bentuk simpatik terhadap perjuangan Muslim Aleppo di Suriah, Bandung, Jumat (6/5).(foto : Dede Lukman)
Foto: Dede Lukman Hakim
Pengunjuk rasa yang tergabung dalam Gerakan Solidaritas Muslim (GSM) berjalan menuju Jalan Merdeka, sebagai bentuk simpatik terhadap perjuangan Muslim Aleppo di Suriah, Bandung, Jumat (6/5).(foto : Dede Lukman)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kepala bantuan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin mendesak Dewan Keamanan (DK) untuk menetapkan jeda perang untuk bantuan kemanusiaan selama 48 jam per minggunya agar makanan dan bantuan lain dapat dikirim ke Kota Aleppo, bagian timur Suriah.

Sekitar 250 ribu hingga 275 ribu orang di Aleppo, kota yang dikuasai pemberontak telah terisolir sejak perang memutus akses Jalan Castello, jalur pengiriman bantuan terakhir, pada 7 Juli.

Kepala bantuan kemanusiaan PBB, Stephen O'Brien mengatakan, PBB beserta mitranya telah mempersiapkan bantuan tersebut, tetapi "sayangnya semua langkah antisipasi itu mesti dihambat oleh peristiwa yang tengah terjadi."

"Stok makanan di Aleppo Timur diprediksi akan habis pada pertengahan bulan depan," terang O'Brien depan 15 negara anggota DK-PBB.

"Komunitas internasional tak dapat membiarkan Aleppo jadi kota besar lainnya yang terisolir," tambahnya.

Ia mengatakan, masa jeda untuk kepentingan kemanusiaan selama 48 jam dibutuhkan di Jalan Castello, kini kondisinya rusak parah alhasil hanya dapat dilintasi truk kecil.

Akibatnya, pengiriman bantuan butuh waktu lebih lama.

Permintaan O'Brien untuk penetapan masa jeda selama 48 jam per minggunya itu didukung Amerika Serikat, Inggris Raya, Prancis, dan negara lain.

Inggris Raya tengah merancang pernyataan resmi DK-PBB terkait usulan tersebut, ujar sejumlah diplomat.

Pernyataan itu nantinya mesti disetujui via kesepakatan bersama.

Duta besar Jepang untuk PBB, Koro Bessho selaku presiden DK-PBB periode Juli mengatakan, usulan itu mendapat "dukungan cukup besar."

Sementara itu, Duta Besar AS untuk PBB Samantha Power menjelaskan, tentara Rusia dan pasukan Presiden Rusia Bashar al-Assad mesti menghentikan serangan di Aleppo serta membuka kembali Jalan Castello.

Militer Rusia mulai memberi dukungan serangan udara untuk pasukan Assad sejak September lalu.

Power menambahkan, upaya mengakhiri perang, telah berlangsung selama lima tahun, mesti diikuti dengan "pengurangan aksi kekerasan, karena jika Aleppo tetap tertutup sulit membayangkan usulan itu dapat berjalan."

Penghubung Suriah di PBB, Staffan de Mistura dijadwalkan bertemu pejabat senior AS dan Rusia di Jenewa, Selasa.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin menjelaskan, Jalan Castello kerap digunakan sebagai jalur pengiriman "senjata dan alat perang untuk teroris, serta alat lain yang nantinya dipakai pelaku bom bunuh diri."

Churkin mengungkap, warga di bagian timur Aleppo berpergian ke wilayah barat di siang hari. Situasinya di sana "lebih baik," meski ia menyadari perlunya "mencegah bencana kemanusiaan."

Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar Ja'afari mengatakan depan DK-PBB bahwa pemerintahnya tak memutus akses Jalan Castello. Ia justru menyalahkan "teroris" bertanggung jawab atas aksi tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement