Kamis 29 Sep 2016 22:07 WIB

Rusia Setujui Gencatan Senjata Dua Hari di Suriah

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Budi Raharjo
Konvoi bantuan pangan untuk rakyat Aleppo mendapatkan serangan. (ilustrasi)
Foto: Aleppo 24 news via AP
Konvoi bantuan pangan untuk rakyat Aleppo mendapatkan serangan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW -- Rusia menyetujui gencatan senjata selama dua hari untuk distribusi bantuan kemanusiaan, Kamis (29/9). Sebelumnya, AS menyeru agar gencatan senjata berlangsung selama tujuh hari.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov menyebut permintaan AS itu tidak bisa diterima. Menurutnya, waktu dua hari sudah cukup untuk menyalurkan bantuan pada 250 ribu warga sipil yang terjebak di Aleppo.

Pekan lalu, militer Suriah mengumumkan operasi merebut Aleppo setelah gencatan senjata AS-Rusia runtuh. Kontributor Aljazirah, Rory Challands, mengatakan Kremlin melihat tujuh hari gencatan senjata terlalu berisiko.

"Tujuh hari akan memberi waktu pada teroris untuk memasok amunisi dan istirahat," kata Challands. Menurutnya, Rusia menuduh AS meminta tujuh hari gencatan senjata untuk alasan yang hanya diketahui AS.

Putusan Rusia menerima dua hari gencatan senjata keluar setelah Menlu AS John Kerry mengancam akan mengakhiri pembicaraan soal konflik. Pada Rabu, Kerry mengirim pesan pada Menlu Rusia, Sergei Lavrov, bahwa ia berduka karena Rusia mendukung pemerintah Assad melakukan serangan di Aleppo.

Serangan darat dan udara di Aleppo telah menyebabkan lebih dari 400 orang tewas dan sedikitnya 1.700 orang terluka sejak pekan lalu. Kerry mengatakan AS meminta Rusia bertanggung jawab karena menggunakan bunker bom yang berisiko bagi warga sipil.

Peskov bersikeras angkatan udara Rusia akan tetap mendukung pemerintah Suriah. Rusia juga mendesak Washington untuk memisahkan antara militan moderat oposisi Suriah dan teroris.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement