Jumat 09 Dec 2016 19:28 WIB

Menhan AS Lakukan Kunjungan Mendadak ke Afghanistan

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
 Menteri Pertahanan Ash Carter saat konferensi pers di Pentagon, Kamis 28 Januari, 2016.
Foto: AP
Menteri Pertahanan Ash Carter saat konferensi pers di Pentagon, Kamis 28 Januari, 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Ash Carter, melakukan kunjungan mendadak ke Afghanistan, Jumat (9/12). Kunjungan Carter menimbulkan tanda tanya mengenai kebijakan luar negeri apa yang akan dilakukan oleh Donald Trump terkait pemberontakan Taliban.

Carter direncanakan bertemu dengan pasukan AS dan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, sesampainya di sana. Sebanyak 10 ribu pasukan AS masih berada di Afghanistan selama 15 tahun sejak kelompok Taliban digulingkan oleh pasukan Pemerintah Afghanistan yang didukung oleh AS.

Trump telah memberikan beberapa rincian tentang rencana kebijakan luar negeri yang akan dikeluarkannya. Namun, tidak memberikan rincian spesifik mengenai Afghanistan.

Afghanistan hampir tidak pernah disebutkan selama kampanye Presiden AS. Kampanye sebagian besar difokuskan kepada isu-isu domestik, antara Trump dengan rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.

Ghani dan Trump telah melakukan pembicaraan singkat melalui sambungan telepon pekan lalu. Tim transisi Trump mengatakan, keduanya membicarakan mengenai ancaman terorisme yang dihadapi kedua negara.

Salah satu pertanyaan penting yang diajukan Afghanistan terhadap pemerintahan Trump adalah, berapa banyak pasukan AS yang akan tetap berjaga di Afghanistan. Keamanan di Afghanistan tetap tidak terkendali dan pasukan Taliban banyak menguasai sejumlah wilayah.

Presiden Barack Obama sebelumnya telah membatalkan rencana untuk memotong jumlah pasukan AS hampir separuhnya sampai akhir tahun. Seluruh pasukan dibiarkan berjaga di sana sampai akhir masa kepresidenannya.

Mantan Utusan Khusus AS untuk Afghanistan, James Dobbins, mengatakan Afghanistan tidak menjadi fokus Trump seperti memerangi ISIS di Suriah dan Irak. Hal itu berarti jumlah pasukan AS di Afghanistan akan tetap setidaknya dalam jangka pendek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement