Senin 09 Jan 2017 08:57 WIB

Ungkap Kejahatan ISIS, Delegasi Pemimpin Muslim Internasional Kunjungi Irak

Rep: Marniati/ Red: Agus Yulianto
Pasukan kontraterorisme elit Irak berkumpul menjelang operasi merebut kembali Mosul dari tangan ISIS.
Foto: AP Photo/Khalid Mohammed
Pasukan kontraterorisme elit Irak berkumpul menjelang operasi merebut kembali Mosul dari tangan ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD-- Para pemimpin Muslim internasional melakukan kunjungan ke Irak. Kunjungan ini untuk mengungkap kejahatan yang dilakukan oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Irak.

Mereka terdiri dari tiga anggota delegasi yaitu Syaikh Muhammad Umar ibn Ramadhan dari Yayasan Ramadhan di Inggris, Jenderal Tan Sri Azumi dari Organisasi Kerja Sama Islam di Malaysia, dan Mohammed Khan dari Masjid Raja Fahad di Los Angeles. Mereka menghabiskan waktu satu minggu di Irak untuk mengunjungi daerah-daerah yang telah bebas dari ISIS  dan bertemu pejabat agama, politik dan militer.

Para pemimpin muslim ini melakukan perjalanan ke daerah-daerah yang menjadi korban penyerangan ISIS dan menyelidiki efek dari ideologi Syiah dan Sunni di Irak terhadap konflik ini. Mereka mengunjungi kota yang mayoritas muslim Sunni di Tikrit yang juga merupakan bekas rumah pemimpin Irak Saddam Hussein. Di sini, lebih dari 1.000 militer Syiah dibantai oleh ISIS di kamp Speicher ketika kelompok militan menyerang.

Rombongan juga mengunjungi kota yang berpenduduk Syiah, Samarra. Kota ini menjadi target serangan bom bunuh diri tanpa henti oleh kelompok militan karena kehadiran kuil suci Syiah di sana.

"Pertempuran ini bukan hanya pertempuran antara Irak dan ISIS. Ini adalah pertempuran yang melibatkan seluruh dunia, Muslim dan non-Muslim," ujar Syaikh Muhammad Umar ibn Ramadhan seperti dilansir IBTimes UK (19/12).

Menurutnya, semua pihak harus menyadari bahwa kejahatan yang dilakukan oleh ISIS bukan hanya masalah konflik sektarian atau agama. Untuk itu, semua pihak harus bersatu dengan misi yang sama untuk mengalahkan mereka.

Hal serupa disampaikan oleh Mohammed Khan. Ia menjelaskan, persepsi yang menyebutkan bahwa konflik yang terjadi karena masalah sektarian merupakan persepsi yang salah.

Kata dia, rakyat Irak memiliki sejarah bahwa warga Sunni dan Syiah bekerj sama satu sama lain dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan, di antara mereka ada yang menikah. "Konflik ini lebih bersifat politis. Apa yang dimunculkan kepermukaan semakin membuat situasi menajdi tidak terkendali," ujarnya.

Para pemimpin Muslim ini juga bertemu dengan Menteri Dalam Negeri Irak Aqil al-Khazali dan komandan Kristen Babel Brigade Rayan al-Kildani yang sedang berjuang melawan ISIS di Mosul. Mereka menjelaskan situasi di lapangan terkait pertempuran yang terjadi antara ISIS dan pasukan Irak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement